Mengapa harus bermadzhab ?
Suatu hari saya
bertemu dengan seorang teman, temanku ini lumayan unik bagi saya, beliau setiap
ditanya oleh saya atau orang lain tentang Islam or tentang afiliansinya di
dalam ormas keagaamaan pasti akan menjawab saya muslim saja, jika ditanya dia
mengikuti madzhab apa dia juga akan menjawab saya muslim mengikuti madzhab
Rasulullah SAW. dengan sangat bangga beliau selalu berkata bahwa islam yang
benar adalah islam zaman Rasulullah,
jadi buat apa mengikuti kelompok kelompok selain kelompok Rasulullah ?
Sekilas perkataan
ini terasa benar, bahkan saya dulu pernah berpikiran kalau perkataan seperti
ini adalah yang haq. Padahal perkataan semacam ini cukup bermasalah. Mari kita
bedah logikanya...
Temen temen yang
dirahmati Allah. Memang benar Islam yang ideal adalah islam pada zaman Nabi
Muhammad SAW, karena pada zaman itu ada marja’ haqiqi yaitu Rasulullah
SAW. Jika kaum muslimin mendapati hal hal yang tidak diketahui, mereka bisa
langsung berkonsultasi kepada Rasulullah SAW, sehingga pada zaman itu kaum
muslimin mempunyai sumber yang bisa dilihat, didengar dan ditanya dalam segala
urusan keagamaan.
Tetapi
permasalahannya wahai temanku,,,,,sekarang Rasulullah SAW sudah intaqola ila
rofiqil a’la, bagaimana cara mengikuti beliau ? mungkin anda akan menjawab
bahwa Rasulullah dalam hadist shoheh sudah mewasiatkan bahwa beliau telah
meninggalkan kepada kita dua pusaka, yaitu Al – Qur’an dan Al Hadist. Maka akan
muncul pertanyaan selanjutnya, bagaimana memahami al – Qur’an dan Al – Hadist
itu ? apakah kita baca Al – Qur’an dan Al hadist dan langsung paham maksudnya ?
Mungkin anda akan
menjawab kita manusia diberi Allah akal untuk berfikir dan memahami, jadi kita
bisa memahami dan menafsirkan maksud Alqur’an itu. Maka perlu diingat wahai
temanku,,, bahwa agama adalah Milik Allah, jadi penafsirannya harus sesuai
dengan yg dimaksud oleh Allah. Kalau anda menafsirkan sendiri, berarti itu
penafsiran anda bukan agama.
Selain itu
bukankah kita juga sudah mengetahui dari hadsit yang shoheh bahwa rasulullah
SAW mengancam barang siapa menafsirkan Alqur’an or Al hadist dengan akal
fikirannya sendiri, maka seakan akan dia telah menyiapkan tempat untuk dirinya
sendiri di neraka.naudzubillah mindzalik
Jika kemudian anda
menjawab bahwa anda memahami Alqur’an dan al hadist lewat guru guru anda. Maka
saya tegaskan wahai temanku, bahwa itulah bermadzhab. Anda mengikuti pemahaman
guru anda artinya anda bermadzhab kepada guru anda.
Jika ada orang
yang berkata buat apa bermadzhab ? kita harus mengikuti Allah dan rasulullah
bukan mengikuti imam imam madzhab. Maka sebenarnya orang itu telah mengajak
anda or kita semua untuk membuang madzhab kita dan mengikuti madzhabnya or
madzhab gurunya. Coba tanyakan kepada orang yg berkata seperti itu, darimana
dia memahami agama ? kalau dari dirinya sendiri berarti dia terkena hadist
ancaman rasulullah SAW , jika dia mengatakan dari gurunya, bukankah itu artinya
dia bermadzhab kepada gurunya ?.
Wahai
temanku,,,sekarang kita kembali ke masalah kenapa harus bermadzhab ?. ada
sebuah contoh yang bagus. Jika hp mu atau motormu rusak, apa yang akan anda
kerjakan ? pasti anda akan membawa hp mu ke konter reparasi hp atau membawa
motormu ke bengkel. Mengapa tidak kau perbaiki sendiri ? bukankah ketika kau
beli hp atau motor akan mendapatkan buku panduan ? pasti jawabanmu adalah kamu tidak menguasahi
ilmu untuk memperbaiki hp atau motor.
Jika masalah hp
atau motor yang remeh aja kau bermadzhab mengikuti bengkel atau tukang reparasi
hp, mengapa masalah agama yang menjadi acuan selamat dunia akhirat anda tidak
mau bermadzhab ? bahkan mencoba memahami sendiri ? Apakah kamu mengusahi bhs
Arab, bayan, badi, balaghoh ? apakah kamu sudah memahami mana yg rajih
dan mana yg marjuh ? atau kamu tahu mana ayat mujmal dan ayat muqoyyad
? atau kamu sudah paham benar tentang rijalul ahadist dan cara cara ta’dil
nya ? serta ilmu ilmu lainnya ....
Al isnadu minad
diin. Artinya sanad adalah bagian dari agama, laula isnad lakana naasu
yakulu masyaa’, kalau bukan karena sanad maka manusia akan berbicara
tentang agama semaunya sendiri. Masih ingatkah kita pada kejadian di malang
yang dulu, seseorang yang ditangkap oleh pihak berwajib karena memfatwakan
sholat boleh memakai bahasa jawa/ daerah agar lebih khusu’. Atau kejadian
dimana ada orang yang ditokohkan mengatakan bahwa anjing tidak najis dan boleh
dimakan hanya gara gara dia tidak menemukan keharaman anjing dalam teks Al
qur’an.
Kembali lagi ke
masalah memahami alqur’an dan al hadist, jelas untuk memahami Agama yang benar
( al qur’an dan Al Hadist ) harus melalui rasulullah SAW, ketika beliau sudah intaqola
ila rofiqil a’la maka kita mengambil dari murid murid rasulullah SAW yaitu
para Sahabat nabi, setelah para sahabat tidak ada maka kita mengambil dari
murid muridnya yaitu ta’biin dan para ta’biut ta’biin kemudian kepada para
ulama yang mempunyai jalur sanad keilmuan kepada mereka.
Diantara para
ulama tersebut ada beberapa ulama yang sudah diakui kwalitas keilmuan dan
kewara’annya serta ketakwaannya, mereka menulis banyak buku menerangkan metode
rasulullah dan para sahabat dalam memahami alqur’an sekaligus mendidik murid murid
yang luar biasa hebatnya juga, sehingga metode mereka itu menyebar ke penjuru
dunia dan diakui oleh jumhurul ulama. sehingga dinisbahkan madzhab mereka
dengan nama mereka.
Apakah madzhab itu
Cuma 4 ? tidak,,,awalnya madzhab fikih dalam islam sangat banyak, Cuma dengan
seiringya waktu, banyak madzhab madzhab itu menghilang karena ulamanya tidak
menulis buku atau juga murid muridnya tidak melanjutkan madzhab terebut.
Sehingga jumhurul ulama ahlussunnah wal jama’ah akhirnya menetapkan 4 madzhab
yg kita ketahui bersama sebagai madzhab yang boleh diikuti ahli sunnah wal
jama’ah dalam hal fikih..wallahu a’lam bishowab.
4 komentar:
saya pernah mendapatkan pertanyaan yg sama, eh ternyata beliau belum "dong" makna bermadzhab....hehehe....
Mantap Pak....
kalau ini bagus,, terus lanjut pak
Luar bisa... Menambah ilmu dan pemahaman saya. Mtr swn
Posting Komentar