Jumat, 05 Juni 2020

Riski dan Bekerja

Riski dan bekerja

Suatu hari seorang petani yang baru saja panen jagung mengeluh kpd temennya, karena panennya tidak seperti yang di harapkan disebabkan kena hama " potong leher", dia berkata usaha dia selama 3 bulanan ini ternyata tak sebanding dengan penghasilannya. maka sang temen menjawab keluhan sang petani tadi dengan berkata" santai ae kang, riski enek sing ngatur".

Usaha atau bekerja merupakan suatu perbuatan yang hampir semua orang melakukannya. dengan tujuan yang bermacam macam yang intinya adalah mendapatkan "cuan". tapi apakah usaha itu berbanding lurus dengan penghasilan. ? .

betapa bahyak orang yang kita lihat sangat bersungguh sungguh dalam bekerja, berangkat pagi pulang malam, membanting tulang degan sangat giat tetapi kehidupan ekonominya biasa biasa aja. tetapi kebalikannya ada orang yang bekerja biasa biasa aja, bahkan terlihat hanya melaksanakan rutinitas tapi kehidupan ekonominya luar biasà baik.

Terus, jika bekerja tidak berbanding lurus dengan penghasilan atau riski,  maka rahasia dibalik bekerja itu apa ?

Pada  Alqur'an surat albaqoroh diceritakan awal pencitaan adam, diceritakan disana bahwa Allah bersabda kepada para malaikat bahwa Allah akan menciptakan manusia untuk "memakmurkan bumi".

Disini kita bisa tahu rahasia bekerja. yaitu dalam rangka memakmurkan bumi. bekerja bukanlah penyebab turunnya riski, karena riski sudah disiapkan Allah kepada manusia selama dia hidup. jika jatah riskinya habis artinya mannusia itu sudah mati.

Bekerja adalah cara mannusia untuk memakmurkan bumi. bayangkan jika seluruh mannußia hanya sholat atau puasa dan berdzikir saja..? maka tidak akan ada kemajuan dan peradaban dibumi ini.

Semua penemuan penemuan, karya karya besar, dan perkembangan peradaban di picu karena adanya manusia yang bekerja, walaupun dengan  niat dan tujuan yang berbeda beda.

Jika dilihatt dengan logika ini, maka bisa dikatakan bekerja itu hukumnya wajib. alasan pertama agar manusia terhidar dari meminta minta dan kedua karena sebagai sarana memakmurkan bumi. selain itu manusia yang tidak bekerja, yang tubuhnya tidak dipakai bergerak akan cenderung mudah sakit, pikun dan lain lain.

Teringat cerita seorang salik/murid tasawuf. suatu hari ketika mau berangkat ke ribat gurunya, dia melihat seekor burung yang kakinya patah, dan sayapnya juga patah. maka terbersit di fikirannya bagaimana sang burung ini hidup dan mendapatkan riskinya. akhirnya sang salik ini melihat dan menunggui sang burung dari jauh.  beberapa saat kemudian datang seekor burung lagi yang membawa makanan di paruhnya, lalu sang burung kedua ini menyuapi sang burung pertama.

Setelah itu sang salik segera pergi menemui gurunya,menceritakan apa yang dia lihat sambil mengakhiri dengan perkataan " ketika riski sudah dijamin, buat apa kita capek capek untuk bekerja"  maka sang guru pun menjawab, " apa yang kamu ingingkan ?  mau seperti burung yang cacat, yang di kasihani atau menjadi burung sehat yang mengasihani ?"

teringat juga cerita perdebatan antara imam Syafii dengan gurunya imam Malik,  dua ulama besar ini berdebat apakah bekerja adalah wasilah untuk mendapat riski apa tidak. pada waktu itu imam Syafii berpendapat bahwa riski datang membutuhkan wasilah yaitu kerja, sedangkan guru beliau imam Malik berpendapat bahwa riski bisa datang tanpa perlu kerja. dua ulama ini tidak menemukan kata sepakat sampai keduanya berpisah. dalam perjalanan pulang imam Syafii melepati sekelompok petani yang memanen anggur, kemudian imam Syafii ikut membantu memanen anggur tersebut. selesai memanen imam Syafii di beri sekantong anggur sebagai upah. dengan senang imam Syafii kembali. menghadap.gurunya imam Malik dan berkata bahwa dia menemukan bukti bahwa riski datang dengan wasilah bekerja sambil menunjukkan dan memberikan anggur tersebut kepada gurunya,  imam Malik. dengan senyum imam Malik memakan anggur pemberian imam Syafii sambil berkata bahwa ini juga bukti bahwa riski bisa datang tanpa bekerja.

Jadi masalahnya adalah bukan membahas riski datang dengann kerja atau tidak. tetapi apa maqom kita?  maqom kita mendapat riski dengan usaha atau maqom kita mendapat riski tanpa usaha?  jangan sampai kita salah menilai diri. karena itu berbahaya.

dalam kitab alhikam, Ibnu Athoilah telah memberi wanti wanti kepada kita. dengan kalimatnya

· ارادتك التجريد مع اقامة الله اياك في الاسباب من الشهوة الخفية وارادتك الاسباب مع اقامة الله اياك في التجريد انحطاط عن الهمة العلية.

"keinginan kamu untuk tajrid ( mendapat riski tanpa bekerja) padahal Allah menempatkannmu di maqom asbab ( mendapat riski dengan usaha) adalah bagian dari syahwat yg halus. dan keinginan kamu untuk di maqom asbab, padahal Allah menempatkanmu di maqom tajrid adalah tanda kamu turun dari keinginan yang tinggi."

Kadi inget nasehàt seorang guru kepada teman saya " jika kamu di maqom tholib jangan sekali kali naik ke maqom muallim, jika kemudian Allah menempatkanmu di maqom muallim jangan turun lagi ke maqom tholib.

jadi pertanyaanya....di mana maqom kita ? 

3 komentar:

KangNoerhadi mengatakan...

Luar biasa sae sanget..

Juga sebagai penjelas dari "Keputusan Alloh itu lebih baik bagimu dari pada keinginanmu"

Aananam mengatakan...

Mantab... Rizki harus dijemput dan diusahakan bukan hanya dengan berpangku tangan...

komar elkhat mengatakan...

mencerahkan...
untuk mengetahui maqoam yang tepat lebih baik berkonsultasi dengan guru,

Posting Komentar

Pilihan

Judul ini memang merujuk ke hawa panas yg sedang dirasakan sebagian besar kita ya, hawa panas yg mulai menyebar karena akan ada ...