Jumat, 28 Agustus 2020

Istiqomah dan Pernikahan

Istiqomah dan Pernikahan.
Istiqomah Sebuah kata yang sering didengar, sebuah kata yang mudah diucapkan, sebuah kata yang sangat familiar bagi hampir semua orang. Tapi sangat sulit pelaksanaanya. 

Kadang kala kita mudah dalam ibadah, rajin sholat sunnah, enteng bangun malam tahajudan, lancar membaca Alqur'an dan seterusnya, tapi satu ketika, semuanya menjadi berat, jangankan yang sunnah, sholat fardhu aja terasa hampa, ketika bangun malampun bukan tahajud dibenak kita, melainkan Al clasico Barcelona vs Real Madrit yang terbayang.

Dulu saya pernah di beritahu sama temen, dia punya nama sama dengan nama saya, cuma ejaanya jadi a bukan o, karena dia berasal dari Bogor. dia berkata bahwa orang itu berubah seiring waktu, tetapi biasanya perubahan drastis seseorang muncul setelah pernikahan dan setelah memiliki anak. Maka jika kamu melihat pemuda atau pemudi yang taat beribadah itu baik..jika dia mampu mempertahankan ketaatannya dalam ibadah setelah menikah, itu lebih baik, terus jika dia tetep bisa taat beribadah setelah punya anak, itu sangat baik...itulah yang disebut istiqomah.

Dulu saya hanya tersenyum mendengar ucapan Indra ini....tapi sekarang saya bisa merasakan bahwa ucapan temen saya ini benar. 

Dulu saya merasa tahajud adalah hal biasa, dzikir an habis sholat adalah hal yang lumrah, hati akan merasa ada yang kurang jika tidak melaksanakan sholat rawatib. Sholat berjama'ah di mushola merupakan menu wajib harian. Tetapi setelah menikah, Jangankan untuk adzan di mushola, berangkat untuk sholat jama'ah aja berat, Sholat tahajud perlahan tapi pasti berkurang roka'atnya, lama lama sering ditinggalkan. Dulu mengajar diniah dimadrasah tiap habis  Magrib adalah hal yang rutin dan wajib, habis menikah sering bolong ngajarnya. Dulu menjadi bilal jum'atan adalah kegiatan rutin setelah pulang dari pondok, tetapi setelah masuk ke jenjang pernikahan sangat berat untuk berangkat ke mesjid di awal waktu.

Mungkinkah ini maksud dari kata " iman dan ibadah seseorang belum sempurna sebelum ia menikah". Karena orang yang sudah menikah mempunyai godaan yang lebih besar untuk ibadah dibanding dengan orang yang belum menikah.

Orang yang sudah menikah harus memikirkan istri/suaminya, dia juga harus bisa menghubungkan orangtuanya dengan mertuanya, dia harus bisa membiasakan diri dengat adat dan kebiasaan baru, selain harus berfikir tentang ekonomi dan kesejahteraan keluarganya.

Lelaki lajang bisa dengan mudah berangkat ke mesjid tanpa harus di repoti dengan anak yang rewel minta ikut tapi belum siap, tidak perlu berhadapan dengan cemberutan istri yang lagi bad mood. Sebagaimana perempuan yang lajang, dia dengan mudah bisa memutuskan untuk puasa sunnah atau tidak, tanpa harus bertanya kepada suaminya, dia dengan santai bisa membaca alqur'an tanpa direcoki anaknya yang nangis, bisa dengan mudah menjaga kebersihan dan kesucian pakaiannya karena tidak diompoli anaknya dan sebagainya.

Itu semua membuat seseorang yang tetep bisa istiqomah beribadah setelah menikah adalah hal yang luar biasa. Hingga pantas jika para ulama mengatakan bahwa istiqomah lebih baik daripada seribu karomah.

Tapi apakah seperti itu ....? 

Selain kenyataan diatas, ada juga fakta yang berkebalikan dari yang saya utarakan diatas .  

Saya yakin temen temen juga sering menemui, bahwa beberapa sahabat kita menjadi lebih baik ibadahnya setelah menikah. dia menjadi lebih rajin sholat jama'ah. dia yang biasanya masbuk atau bahkan sering tidak jama'ah dimesjid tiba tiba setelah menikah malah rajin adzan di mesjid. dia yang biasanya jarang ikut dzikiran habis sholat, berubah menjadi orang yang lama berdzikir habis sholat bahkan ditambahi dengan sholat rawatib.

Jadi pertanyaannya,,,,,,menikah itu sebuah cobaan, ujian, atau malah kemudahan dari Allah ? 

Saya jadi ingat,,,,dulu ketika ngaji,,,,nama kitabnya lupa..maklum bukan orang alim kaya Gus Baha' hehehehe...... diterangkan bahwa seorang salik atau orang yang mempelajari dan mengamalkan tasawuf dalam suatu thoriqoh, harus bertanya dan menimbang nimbang ketika mau menikah.....apakah menikah itu akan membuatnya bisa tambah baik ibadahnya atau kebalikannya....jika dia merasa menikah bisa menambah kwalitas dan kwantitas ibadahnya maka dia harus menikah...jika dia merasa sebaliknya atau takut ibadahnya akan menjadi berkurang atau tergganggu maka seyogyanya dia tidak menikah...

Makanya kalau kita membaca tarjamatu ulama ( sejarah para ulama) kita akan menemui beberapa ulama yang tidak menikah. ataupun menikah dengan perempuan yang memenuhi syarat tertentu ( yg diluar fikiran kita ) seperti Imam Syafii yang memberi beberapa syarat kepada siapa saja yang ingin menikah dengannya. pertama perempuan itu harus rela /ridho tidak dikumpuli imam syafii, kedua mampu membuat manisan, karena diminta oleh Imam Syafii untuk membuat manisan yang akan diberikan kepada murid muridnya setalah belajar. 

Itu terjadi karena para ulama tersebut takut jika menikah akan membuat kwalitas dan kwantitas ibadah mereka berkurang. Sehingga walaupun sebagian ada yang menikah, mereka ingin memastikan bahwa pernikahan mereka tidak akan mengganggu ibadah mereka kepada Allah SWT.

Jadi sebenarnya....menikah itu suatu kesempatan untuk menambah ibadah atau suatu cobaan untuk mengetahui ke istiqomahan kita dalam ibadah ? 
Jawabannya menurut saya....mungkin tergantung pribadi kita masing masing......

hm.....semakin saya mencoba membahas ini, kok saya merasa semakin pusing sendiri.....sayangnya saya bukanlah orang alim seperti Gus Baha, yang dengan entengnya mengatakan bahwa Pusingnya orang alim itu, karena mengetahui banyaknya kemungkinan hukum Allah dalam setiap hal / keadaan. Berbeda dengan pusingnya orang Jahil seperti saya,,, yang pusing karena ketidak tahuan tentang kemungkinan hukum Allah dalam suatu suatu keadaan.

Sebagaimana cerita seorang Ulama yang bernama Bannan Al Bagdadi, yang tetap terlihat tenang dan tidak menampakkan raut muka takut sama sekali ketika dia dilemparkan kedepan binatang buas. Ketika ditanya kenapa dia sangat tenang dan tidak nampak raut muka takut, Ternyata beliau sedang diliputi kebingungan, karena memikirkan perbedaan pendapat ulama seputar hukum bekas minuman dan air liur binatang buas tersebut.

waduh....tambah nglantur aja tulisanku ini..... yang jelas....semoga kita bisa istiqomah beribadah kepada Allah SWT, dan semoga keadaan kita yang sudah menikah ini merupakan anugerah Allah agar kita bisa lebih baik lagi kwalitas dan kwantitas ibadah kita....Amiiin...
Wallahu A'lamu Bishowab.....

 


Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Pilihan

Judul ini memang merujuk ke hawa panas yg sedang dirasakan sebagian besar kita ya, hawa panas yg mulai menyebar karena akan ada ...