Senin, 08 Juni 2020

Niat yang baik harus dengan cara yang baik


Niat yang baik, harus dengan cara yang baik



Suatu pagi hari, ketika sang surya mulai menunjukkan panasnya, aku dan dan temanku faruq sedang sibuk menjaga kopel atau  koperasi pelajar sedangkan temen sekamar lainnya mandi dan bersiap siap masuk kelas.
Kami sekamar 6 orang, bertempat di koperasi pelajar suatu pondok pesantren. Kegiatan kami selain belajar di pondok pesantren, kami di beri tugas untuk mengatur dan menjalankan koperasi pelajar disana. Oleh karenanya kami diberi beberapah rukhsah, salah satunya kami mendapat  jatah piket jaga koperasi, sehingga setiap waktu piket kopeasi kami diijinkan untuk  tidak masuk sekolah, gantinya kami membersihkan koperasi, bertemu dengan para penyetor koperasi dan para sales serta membuat laporan harian yang harus kami serahkan ke ustadz pembina koperasi setiap hari.
Kebetulan hari itu aku dan faruk mendapat giliran  piket jaga kopèasi sehingga kami tidak perlu takut telat masuk kelas. ini memang sesuatu yang sangat menyenangkan bagi kami. Bayangkan ketika temen temen harus bersegera mandi, sarapan pagi kemudian berangkat ke kelas 15 menit sebelum bel. Kami dengan santainya memegang sapu sambil tersenyum penuh kemenangan memandang mereka. Memang bagi kami para santri tidak masuk kelas itu bagaikan kebebasan tiada tara, bagaikan burung yang bisa terbang diangkasa tanpa penghalang apapun.
Ketika semua murid murid sudah masuk kelas, terdengar suara telepon berbunyi, memang di koperasi pelajar difasilitasi telepon rumah agar bisa berhubungan dengan seles seles dan toko langganan kami dengan mudah. Ini juga merupakan fasilitas yang saya yakin sering  di”meri” oleh temen temen.
“Assalamu alikum wr wb, ini kopel siapa disana ?” tanya faruk sambil menaruh gagang telepon ke telinganya.
“ wa alikum sama wr wb. Ini hj fulanah dari toko sumber rame solo” sahut suara di seberang.
“ oalah bu hj to,,,,wonten nopo bu ?” sahut faruk sambil mengeluarkan bahasa jawanya ( sebenarnya di pondok kami, berbicara bahasa jawa di larang, tetapi ketika berhubngan dengan orang luar, kami di beri kelonggaran)
“ ini lo,,,,,kopel masih ada tanggungan seragam putih 20 juta, apa bisa di bayar hari ini ? soalnya lagi butuh,,,,”
“ ok bu hj,,,insyaAllah nanti langsung berangkat” sahut faruq dengan mata berbinar binar.
Mendengar itu, saya dan faruk sangat senang,,membayangkan akan jalan jalan ke kota solo, keluar pondok merupakan hal yang sangat di idam idamkan oleh kami para santri santri. Karena biasanya tidak tiap hari kami boleh keluar pondok, biasanya Cuma hari jum’at ( ketika kelas libur) itupun harus dengan alasan yang masuk akal, jika tidak maka siap siap kecewa jika nekat izin ke ustadz. Langsung kami menghitung uang yang ada di brankas, alhamdulillah semalem kami tidak setor ke ustadz pembimbing karena beliau sedang keluar ada tugas. Sehingga uang di brangkas lumayan banyak dan cukup untuk membayar tagihan sragam putih yang kami pesan dulu.
Segera kami berbagi tugas, saya menghubungi temen sekamar yang lagi dikelas agar menggantikan kami jaga koperasi ketika istirahat, sedangkan faruk pergi ke bapk pengasuh, kyai H Fulan untuk izin keluar pondok tepatnya ke solo untuk membayar tagihan seragam.
Ternyata bapak pengasuh tidak adadi kantor maupun di rumah, beliau sedang pergi ke pondok pusat untuk menghadap dengan pimpinan pondok. Dengan langkah gontai si faruk temen saya kembali ke koperasi dan menceritakan kepada saya. Langsung bayangan saya tentang pasar klewer, melihat lihat istana dan sholat di mesjid jami’ langsung hilang. Ini bagaikan melawar gadis yang sangat cantik, sholehah dan baik hati yang selalu tersenyum  kepadaku setiap ketemu dan ngobrol, lalu mendapati bahwa lamaranku di tolak sambil berkata maaf kak ya.......ambyar lah dunia ini hehehehehe
Kemudian entah siapa yang memulai, kami bersepakat untuk tetep keluar pondok tanpa izin bapak pengasuh, dengan alasan bahwa kami sedang berusaha menjaga nama baik pondok yaitu membayar hutang tepat waktu. Padahal jelas dalam hati kami ada kesenangan yang sangat diidam idamkan yaitu jalan jalan ke solo.
Akhirnya kami menyewa motor untuk kami kendarai ke terminal ponorogo, lalu motor itu kami titipkan ke tempat penitipan yang tersedia disekitar terminal. Dan kami pun naik bus menuju terminal solo.  Bus pun berangkat dengan hati kami yang campur aduk antara senang karena jalan jalan dan takut  kalau  kalau kami keluar pondok tanpa izin ini ketahuan oleh para asatidzah dan Bapak pengasuh.
Setelah 3 jam an  kami penempuh perjalanan, bus pun sampai ke  terminal solo. Sampai terminal kami merasa takut kalau  uang yang kami bawa hilang karena kecopetan atau kejambret .  Maklum uang 20 juta itu uang yang sangat besar bagi kami. Oh iya pada waktu itu ATM belum terlalu familiar bagi kami, sehingga kami membawa uang 20 juta cash. Akhirnya kamipun menaiki taxi, ini merupakan pertama kalinya bagiku maupun bagi faruq.
Di dalam taxi sang sopir bercerita panjang lebar tentang hiburan hiburan di solo, dan mengaku satu daerah dengan kami, kami mengaku dari ponorogo pada waktu itu. Hingga sampailah cerita sang sopir ini pada puncaknya yaitu menawari kami PSK. Sang sopir ini menerangkan bahwa gadis gadis yang dia tawarkan itu bersih dan steril, karena tiap minggu dicek oleh dokter,sehingga aman dari penyakit  dan tempat untuk transaksi itu nanti adalah hotel yang aman dari razia. Kata sang sopir berpromosi ditambah lagi katanya bahwa harganya cukup murah yaitu 250 ribu per orang.
Selain itu dengan bangganya sang sopir mengakatakan bahwa laki laki itu harus berani dan tidak takut dengan perempuan di rumah. Temen  saya faruq yang aslinya adalah anak solo menanggapi sambil menanyakan tempat tempat yang terkenal (soal itu ya) sekalian berpura pura menawar harga psk yang ditawarkan oleh sopir tersebut.
Sedangkan saya diam saja, karena tidak paham hal hal yang seperti itu plus berfikir; apa salah kami kok bisa bisanya mendapat tawaran seperti ini,,,, emang muka saya muka mesum apa,,,,kataku membatin di hati.
Akhirnya kami sampai di pasar solo, dan kami turun dengan menolak tawaran, sedangkan sang sopir terlihat agak kecewa, ya wajar sih karena tadi dia bercerita panjang lebar plus faruk dengan isengnya terus menanggapi sang sopir hehehe
Selesai membayar di tokonya bu hj fulanah kami jalan jalan di sekitar pasar dan sholat dhuhur di mesjid jami’ kemudian setelah merasa cukup bersenang senang dan takut pulang kemalaman kami segera ke terminal untuk pulang,
Perjalanan pulang kami diiringi dengan hujan lebat sepanjang perjalanan. Temen saya faruk terlihat pulas tidur di kursi karena kecapekan,wajarsih karena hujan hujan kaya gini bagaikan tiupannt erompet seriosa yang meninak bobokkan orang orang yang sedang capek. Saya masih tidak bisa memejamkan mata, sambil terus mengawasi jalan dan sawah yang digenangi air, fikiranku terbang jauh ke kamrku , dimana temen temen sekamar akan berkumpul sambil menunggu cerita kami  berdua selama di solo, sampai suara kedubrak,,,,,!!!!! Mengagetkanku dari lamunan indahku....’
Teryata bus yang kami kendari masuk kesawah, mungkin karena jalanan yang licin dan berpapasan dengan kendaran lain membuat bus ini hilang kendali dan oleng lalu mampu melompati parit yang berada di antara sawah dan jalan, sehingga kalau dilihat, separu body bus ini di sawah, separuhnya lagi diatas parit dan ujung belakangnya masih dijalan.  
Langsung saya melihat kepanikan di mata orang orang di bus tak terkecuali kernet, walupun dalam  paniknya dia tetpe sigap membantu para penumpang untuk turun dan memprioritaskan seorang ibu dengan  bayi yang digendongnya untuk berteduh di bawah pohon yang cukup besar. Setelah semua turun termasuk kami berdua. Sang kernet langsung mengasih tanda kepada bus yang akan lewat dibelangkami untuk berhenti.
Saya tidak tahu apa yang mereka obrolkan, yang jelas setelah mengobrol dengan kenet bus yang dibelakang kami tadi, sang kenet bus kami mengarahkan para penumpang untuk naik bus tersebut dan bilang bahwa mereka tidak perlu bayar ulang. Sedangkan sopir bus terlihat udah agak tenang dan sedang berbicara di telepon.
Inilah,,,,untung tak bisa di raih malang tak bisa di hindari, bus yang dibelakang kami sudah sangat penuh. Sehingga saya dan faruq tidak bisa naik disitu. Dan harus menunggu  bus ini di tarik keluar dari sawah dan parit sambil berdoa semoga bus yang lain akan segera lewat.
Sambil duduk kedinginan dibawah pohon dan melihat orang orang yang berusaha mengeluarkan bus dari sawah, faruq berkata dengan santai “ ndro’’’ inilah akibatnya kalau tidak izin sama guru dan pak kyai”.
Saya berkata “ ya” sambil berfikir memang kami salah, tidak izin kepada para guru dan bapak pengasuh kalau mau keluar pondok, walaupun niatnya untuk melaksanakan tugas,.
Jadi ingat perkataan pak yai,,bahwa orang yang bersodaqoh dengan uang curian sama dengan orang yang mencuci baju dengan air kencing.
Memang kalau niat kita baik harus dilaksanakan dengan cara yang baik juga. Alhamdulillah kami cuma diberi peringatan / di hukum dengan hal yang remeh, yaitu di tawari psk dan masuk sawah. Gak bisa dibayangkan jika Allah memberi yang lebih berat. Naudzubillahi min dzalik
 Kalau mengingat ingat ceriat tersebut,,,,saya selalu tersenyum sambi dalam hati berdoa, Semoga kami selalu mendapat ampunan dan rahmat dari Allah SWT dan semoga guru guru kami selalu sehat dan dalam lindunganNYA amiiin,,,, .


4 komentar:

prianto mengatakan...
Komentar ini telah dihapus oleh pengarang.
prianto mengatakan...

Bagus pak indro..

Robi'ah Alma mengatakan...

Lalu setelsj sampai di pondok, gmn tanggapan Yai dan ustadz Pak, didukni nopo mboten?

catatab uneq uneqku mengatakan...

sampai sekarang blum berani lapor soal ini bu.....makanya cerita ini saya samarkan beberapa bagiannya.....☺☺😊😊

Posting Komentar

Pilihan

Judul ini memang merujuk ke hawa panas yg sedang dirasakan sebagian besar kita ya, hawa panas yg mulai menyebar karena akan ada ...