Niat yang baik, harus dengan cara yang baik
Suatu pagi hari, ketika sang surya mulai menunjukkan panasnya, aku
dan dan temanku faruq sedang sibuk menjaga kopel atau koperasi pelajar sedangkan temen sekamar
lainnya mandi dan bersiap siap masuk kelas.
Kami sekamar 6 orang, bertempat di koperasi pelajar suatu pondok
pesantren. Kegiatan kami selain belajar di pondok pesantren, kami di beri tugas
untuk mengatur dan menjalankan koperasi pelajar disana. Oleh karenanya kami
diberi beberapah rukhsah, salah satunya kami mendapat jatah piket jaga koperasi, sehingga setiap waktu
piket kopeasi kami diijinkan untuk tidak
masuk sekolah, gantinya kami membersihkan koperasi, bertemu dengan para
penyetor koperasi dan para sales serta membuat laporan harian yang harus kami
serahkan ke ustadz pembina koperasi setiap hari.
Kebetulan hari itu aku dan faruk mendapat giliran piket jaga kopèasi sehingga kami tidak perlu
takut telat masuk kelas. ini memang sesuatu yang sangat menyenangkan bagi kami.
Bayangkan ketika temen temen harus bersegera mandi, sarapan pagi kemudian
berangkat ke kelas 15 menit sebelum bel. Kami dengan santainya memegang sapu
sambil tersenyum penuh kemenangan memandang mereka. Memang bagi kami para
santri tidak masuk kelas itu bagaikan kebebasan tiada tara, bagaikan burung
yang bisa terbang diangkasa tanpa penghalang apapun.
Ketika semua murid murid sudah masuk kelas, terdengar suara telepon
berbunyi, memang di koperasi pelajar difasilitasi telepon rumah agar bisa
berhubungan dengan seles seles dan toko langganan kami dengan mudah. Ini juga
merupakan fasilitas yang saya yakin sering
di”meri” oleh temen temen.
“Assalamu alikum wr wb, ini kopel siapa disana ?” tanya faruk
sambil menaruh gagang telepon ke telinganya.
“ wa alikum sama wr wb. Ini hj fulanah dari toko sumber rame solo”
sahut suara di seberang.
“ oalah bu hj to,,,,wonten nopo bu ?” sahut faruk sambil
mengeluarkan bahasa jawanya ( sebenarnya di pondok kami, berbicara bahasa jawa
di larang, tetapi ketika berhubngan dengan orang luar, kami di beri
kelonggaran)
“ ini lo,,,,,kopel masih ada tanggungan seragam putih 20 juta, apa
bisa di bayar hari ini ? soalnya lagi butuh,,,,”
“ ok bu hj,,,insyaAllah nanti langsung berangkat” sahut faruq dengan
mata berbinar binar.
Mendengar itu, saya dan faruk sangat senang,,membayangkan akan
jalan jalan ke kota solo, keluar pondok merupakan hal yang sangat di idam
idamkan oleh kami para santri santri. Karena biasanya tidak tiap hari kami
boleh keluar pondok, biasanya Cuma hari jum’at ( ketika kelas libur) itupun
harus dengan alasan yang masuk akal, jika tidak maka siap siap kecewa jika
nekat izin ke ustadz. Langsung kami menghitung uang yang ada di brankas,
alhamdulillah semalem kami tidak setor ke ustadz pembimbing karena beliau
sedang keluar ada tugas. Sehingga uang di brangkas lumayan banyak dan cukup untuk
membayar tagihan sragam putih yang kami pesan dulu.
Segera kami berbagi tugas, saya menghubungi temen sekamar yang lagi
dikelas agar menggantikan kami jaga koperasi ketika istirahat, sedangkan faruk
pergi ke bapk pengasuh, kyai H Fulan untuk izin keluar pondok tepatnya ke solo
untuk membayar tagihan seragam.
Ternyata bapak pengasuh tidak adadi kantor maupun di rumah, beliau
sedang pergi ke pondok pusat untuk menghadap dengan pimpinan pondok. Dengan langkah
gontai si faruk temen saya kembali ke koperasi dan menceritakan kepada saya. Langsung
bayangan saya tentang pasar klewer, melihat lihat istana dan sholat di mesjid
jami’ langsung hilang. Ini bagaikan melawar gadis yang sangat cantik, sholehah
dan baik hati yang selalu tersenyum kepadaku
setiap ketemu dan ngobrol, lalu mendapati bahwa lamaranku di tolak sambil
berkata maaf kak ya.......ambyar lah dunia ini hehehehehe
Kemudian entah siapa yang memulai, kami bersepakat untuk tetep keluar
pondok tanpa izin bapak pengasuh, dengan alasan bahwa kami sedang berusaha
menjaga nama baik pondok yaitu membayar hutang tepat waktu. Padahal jelas dalam
hati kami ada kesenangan yang sangat diidam idamkan yaitu jalan jalan ke solo.
Akhirnya kami menyewa motor untuk kami kendarai ke terminal
ponorogo, lalu motor itu kami titipkan ke tempat penitipan yang tersedia
disekitar terminal. Dan kami pun naik bus menuju terminal solo. Bus pun berangkat dengan hati kami yang
campur aduk antara senang karena jalan jalan dan takut kalau kalau
kami keluar pondok tanpa izin ini ketahuan oleh para asatidzah dan Bapak
pengasuh.
Setelah 3 jam an kami penempuh
perjalanan, bus pun sampai ke terminal
solo. Sampai terminal kami merasa takut kalau uang yang kami bawa hilang karena kecopetan
atau kejambret . Maklum uang 20 juta itu
uang yang sangat besar bagi kami. Oh iya pada waktu itu ATM belum terlalu
familiar bagi kami, sehingga kami membawa uang 20 juta cash. Akhirnya kamipun
menaiki taxi, ini merupakan pertama kalinya bagiku maupun bagi faruq.
Di dalam taxi sang sopir bercerita panjang lebar tentang hiburan
hiburan di solo, dan mengaku satu daerah dengan kami, kami mengaku dari
ponorogo pada waktu itu. Hingga sampailah cerita sang sopir ini pada puncaknya
yaitu menawari kami PSK. Sang sopir ini menerangkan bahwa gadis gadis yang dia
tawarkan itu bersih dan steril, karena tiap minggu dicek oleh dokter,sehingga
aman dari penyakit dan tempat untuk
transaksi itu nanti adalah hotel yang aman dari razia. Kata sang sopir
berpromosi ditambah lagi katanya bahwa harganya cukup murah yaitu 250 ribu per
orang.
Selain itu dengan bangganya sang sopir mengakatakan bahwa laki laki
itu harus berani dan tidak takut dengan perempuan di rumah. Temen saya faruq yang aslinya adalah anak solo
menanggapi sambil menanyakan tempat tempat yang terkenal (soal itu ya) sekalian
berpura pura menawar harga psk yang ditawarkan oleh sopir tersebut.
Sedangkan saya diam saja, karena tidak paham hal hal yang seperti
itu plus berfikir; apa salah kami kok bisa bisanya mendapat tawaran seperti ini,,,,
emang muka saya muka mesum apa,,,,kataku membatin di hati.
Akhirnya kami sampai di pasar solo, dan kami turun dengan menolak
tawaran, sedangkan sang sopir terlihat agak kecewa, ya wajar sih karena tadi
dia bercerita panjang lebar plus faruk dengan isengnya terus menanggapi sang
sopir hehehe
Selesai membayar di tokonya bu hj fulanah kami jalan jalan di
sekitar pasar dan sholat dhuhur di mesjid jami’ kemudian setelah merasa cukup
bersenang senang dan takut pulang kemalaman kami segera ke terminal untuk
pulang,
Perjalanan pulang kami diiringi dengan hujan lebat sepanjang
perjalanan. Temen saya faruk terlihat pulas tidur di kursi karena kecapekan,wajarsih
karena hujan hujan kaya gini bagaikan tiupannt erompet seriosa yang meninak bobokkan
orang orang yang sedang capek. Saya masih tidak bisa memejamkan mata, sambil
terus mengawasi jalan dan sawah yang digenangi air, fikiranku terbang jauh ke
kamrku , dimana temen temen sekamar akan berkumpul sambil menunggu cerita kami berdua selama di solo, sampai suara kedubrak,,,,,!!!!!
Mengagetkanku dari lamunan indahku....’
Teryata bus yang kami kendari masuk kesawah, mungkin karena jalanan
yang licin dan berpapasan dengan kendaran lain membuat bus ini hilang kendali
dan oleng lalu mampu melompati parit yang berada di antara sawah dan jalan,
sehingga kalau dilihat, separu body bus ini di sawah, separuhnya lagi diatas
parit dan ujung belakangnya masih dijalan.
Langsung saya melihat kepanikan di mata orang orang di bus tak
terkecuali kernet, walupun dalam paniknya
dia tetpe sigap membantu para penumpang untuk turun dan memprioritaskan seorang
ibu dengan bayi yang digendongnya untuk
berteduh di bawah pohon yang cukup besar. Setelah semua turun termasuk kami
berdua. Sang kernet langsung mengasih tanda kepada bus yang akan lewat dibelangkami
untuk berhenti.
Saya tidak tahu apa yang mereka obrolkan, yang jelas setelah
mengobrol dengan kenet bus yang dibelakang kami tadi, sang kenet bus kami
mengarahkan para penumpang untuk naik bus tersebut dan bilang bahwa mereka
tidak perlu bayar ulang. Sedangkan sopir bus terlihat udah agak tenang dan
sedang berbicara di telepon.
Inilah,,,,untung tak bisa di raih malang tak bisa di hindari, bus
yang dibelakang kami sudah sangat penuh. Sehingga saya dan faruq tidak bisa
naik disitu. Dan harus menunggu bus ini
di tarik keluar dari sawah dan parit sambil berdoa semoga bus yang lain akan
segera lewat.
Sambil duduk kedinginan dibawah pohon dan melihat orang orang yang
berusaha mengeluarkan bus dari sawah, faruq berkata dengan santai “ ndro’’’ inilah
akibatnya kalau tidak izin sama guru dan pak kyai”.
Saya berkata “ ya” sambil berfikir memang kami salah, tidak izin
kepada para guru dan bapak pengasuh kalau mau keluar pondok, walaupun niatnya
untuk melaksanakan tugas,.
Jadi ingat perkataan pak yai,,bahwa orang yang bersodaqoh dengan
uang curian sama dengan orang yang mencuci baju dengan air kencing.
Memang kalau niat kita baik harus dilaksanakan dengan cara yang
baik juga. Alhamdulillah kami cuma diberi peringatan / di hukum dengan hal yang
remeh, yaitu di tawari psk dan masuk sawah. Gak bisa dibayangkan jika Allah
memberi yang lebih berat. Naudzubillahi min dzalik
Kalau mengingat ingat ceriat
tersebut,,,,saya selalu tersenyum sambi dalam hati berdoa, Semoga kami selalu mendapat
ampunan dan rahmat dari Allah SWT dan semoga guru guru kami selalu sehat dan dalam
lindunganNYA amiiin,,,, .
4 komentar:
Bagus pak indro..
Lalu setelsj sampai di pondok, gmn tanggapan Yai dan ustadz Pak, didukni nopo mboten?
sampai sekarang blum berani lapor soal ini bu.....makanya cerita ini saya samarkan beberapa bagiannya.....☺☺😊😊
Posting Komentar