Minggu, 07 Juni 2020

Ruh Guru


"Athoriqotu ahammu minal maadah, wal mudarrisu ahammu minat thoriqoh, wa ruhul mudarris ahammu minal mudarris nafsihi"

"Tehnik mengajar lebih penting dari materi yang diajarkàn, guru lebih penting dari tehnik mengajar, dan ruh keguruan lebih penting dari guru itu sendiri" 

Kalimat diatas terus terngiang ditelinga ketika mengingat masa masa dipondok. dengan tidak bosan bosannya, para masyakhih pondok kami mengingatkan ini kepada kami dan semua santri santrinya terutama yang kelas kelas akhir atau yang sudah masuk perkuliahan. 

Sehingga tanpa terasa, kalimat ini berubah menjadi sebuah kalimat pusaka yang menjadi sandaran kami kedepannyaa.  para masyakhih selalu menekankan kepada kami untuk mengingat dan meresapi kalimat ini agar bisa menjadi guru yang baik kedepannya. 

Bagi para masyakhih, suatu materi sebagus apapun, sebanyak apapun akan sia sia atau minimal tidak akan tersampaikan dengan baik jika penyampainya /gurunya tidak menggunakan methode pendidikan dan pengajaran yang baik. sehingga anak bisa belajar dengan enjoi, tidak terlalu serius tapi mampu menguasahi materi yang diajatkan dengan baik. 

Sedangkan methode yang baik pun akan sia sia jika guru yang mengajar malas, tidak menguasahi materi, tidak bersungguh sungguh, mengajar hanya sekedar melepas tanggung jawab. maka guru jauh lebih penting daripada methode apapun dipendidikan. 

Tetapi yang jauh lebih penting dari methode maupun guru adalah " ruh guru" jiwa keguruan, jiwà yang membuat seseorang selalu merasa murid àdalah tanggaung jawabnya, murid adalah anaknya. jiwa yang selalu merasa bahwa pengajar bukan hanya trasnfer ilmu terapi penanaman akidah, penanaman perjuangan, dan pembiasaan pembiassaan yang baik. 

Guru yang pempunyai jiwa seperti ini akan selalu ingat dengan muridnya dalam doanya, akan selalu mendoakan kebaikan untuk semua santri santrinya, akan selalu menginginkan kebaikan untuk anak anaknya. 

Walaupun dhohirnya dia mengajar biasa biasa aja, bahkan kadang dia marah marah kepada santrinya tetapi ruh ini akan nyambung ke ruh santrinya.sehingga dia akan dikenang sebagai guru dan tauladan bagi santri santrinya. 

Mungkin, inilah jawaban dari pertanyaan yang kadang kadang muncul,  kenapa guru guru jaman dahulu mampu membentuk murid murid yang pintar, tawadhu dan sebagainya yang lebih daripada murid murid jaman sekarang.?  padahal sekarang sudah ditemukan berbagai macam tehnik dan metode pendidikan yang lebih modern atau dianggap lebih bagus dari methode yang dahulu. 

Besar kemungkinan mereka jauh lebih ikhlas daripada kita. mereka mengajar karena keterpanggilan, mereka mengajar karena ingin menegakkan kalimat tauhid dengan ilmu, mereka mengajar karena ingin meneladani Rasulullah SAW.  mereka mengajar karena ingat hadist nabi " Innama buistu mualliman" atau hadias  "innama buistu liutammima makarimal akhlak". 

Mereka mengajar karena itu wasiat dari guru guru mereka. bukan demi dunia yang fana. bukan juga demi kehormatan dan kemulyaan. mereka mengajar ikhlas..karena itu, mereka juga ikhlas untuk menganggap murid muridnya adalah tanggung jawabnya, murid muridnya adalah anaknya, sehingga mereka hanya menginginkan kebaikan untuk murid muridnya. 

Maka mereka bermujahadah, ber riyadhoh bukan saja untuk mereka sendiri, atupun keluarga mereka. tetapi juga untuk murid murid mereka.

Imam Sofyan As syauri suatu ketika ditanya oleh seseorang yang dikenal sebagi qhossosiin, " mengapa ceramahmu bisa membuat banyak orang menangis, padahal kamu bicara biasa biasa aja" maka beliau berkata "sesuatu yang berangkat dari hati akan kembali kehati". 

Jadi ingat pesan Doktor KH Abdullah Sukri Zarkasyi MA " omong kosong seorang guru yang tidak mendoakan muridnya". 

pertanyaanya.......
sudahkan kita menyebut murid murid kita dalam do'a dan munajat kita ? 
sudahkah kita sengaja "beriyadhoh" untuk murid murid kita ? 
sudahkah kita menganggap murid kita adalah anak kita ? 
apakah kita sedih, kecewa, marah, ataukah biasa aja, ketika melihat mereka tidak beradab, atapun ketika mereka melanggar aturan aturan agama ? 

Mari menjadi guru yang baik, di awali dengan mendoakan murid murid kita. 
semoga kita, para guru guru, keluarga kita, dzurriah kita dan murid murid kita selamat dunia dan akhirat ..amiiin. 

2 komentar:

KangNoerhadi mengatakan...

Aamiin..

Terimakasih yai... Ini ilmu yg paling kulo cari...

Matursuwun sanget panjngan suguhkan kanti keterangan lan tulisan kang sae.

Kapan2 betah niki tinggal mengunjungi blog panjngan... Swu swun... Mugi soyo barokah sedayanipun.

Siti Kustiani@itis mengatakan...

Alhamdulillah.. wawasan baru....

Posting Komentar

Pilihan

Judul ini memang merujuk ke hawa panas yg sedang dirasakan sebagian besar kita ya, hawa panas yg mulai menyebar karena akan ada ...