Jumat, 28 Agustus 2020

Istiqomah dan Pernikahan

Istiqomah dan Pernikahan.
Istiqomah Sebuah kata yang sering didengar, sebuah kata yang mudah diucapkan, sebuah kata yang sangat familiar bagi hampir semua orang. Tapi sangat sulit pelaksanaanya. 

Kadang kala kita mudah dalam ibadah, rajin sholat sunnah, enteng bangun malam tahajudan, lancar membaca Alqur'an dan seterusnya, tapi satu ketika, semuanya menjadi berat, jangankan yang sunnah, sholat fardhu aja terasa hampa, ketika bangun malampun bukan tahajud dibenak kita, melainkan Al clasico Barcelona vs Real Madrit yang terbayang.

Dulu saya pernah di beritahu sama temen, dia punya nama sama dengan nama saya, cuma ejaanya jadi a bukan o, karena dia berasal dari Bogor. dia berkata bahwa orang itu berubah seiring waktu, tetapi biasanya perubahan drastis seseorang muncul setelah pernikahan dan setelah memiliki anak. Maka jika kamu melihat pemuda atau pemudi yang taat beribadah itu baik..jika dia mampu mempertahankan ketaatannya dalam ibadah setelah menikah, itu lebih baik, terus jika dia tetep bisa taat beribadah setelah punya anak, itu sangat baik...itulah yang disebut istiqomah.

Dulu saya hanya tersenyum mendengar ucapan Indra ini....tapi sekarang saya bisa merasakan bahwa ucapan temen saya ini benar. 

Dulu saya merasa tahajud adalah hal biasa, dzikir an habis sholat adalah hal yang lumrah, hati akan merasa ada yang kurang jika tidak melaksanakan sholat rawatib. Sholat berjama'ah di mushola merupakan menu wajib harian. Tetapi setelah menikah, Jangankan untuk adzan di mushola, berangkat untuk sholat jama'ah aja berat, Sholat tahajud perlahan tapi pasti berkurang roka'atnya, lama lama sering ditinggalkan. Dulu mengajar diniah dimadrasah tiap habis  Magrib adalah hal yang rutin dan wajib, habis menikah sering bolong ngajarnya. Dulu menjadi bilal jum'atan adalah kegiatan rutin setelah pulang dari pondok, tetapi setelah masuk ke jenjang pernikahan sangat berat untuk berangkat ke mesjid di awal waktu.

Mungkinkah ini maksud dari kata " iman dan ibadah seseorang belum sempurna sebelum ia menikah". Karena orang yang sudah menikah mempunyai godaan yang lebih besar untuk ibadah dibanding dengan orang yang belum menikah.

Orang yang sudah menikah harus memikirkan istri/suaminya, dia juga harus bisa menghubungkan orangtuanya dengan mertuanya, dia harus bisa membiasakan diri dengat adat dan kebiasaan baru, selain harus berfikir tentang ekonomi dan kesejahteraan keluarganya.

Lelaki lajang bisa dengan mudah berangkat ke mesjid tanpa harus di repoti dengan anak yang rewel minta ikut tapi belum siap, tidak perlu berhadapan dengan cemberutan istri yang lagi bad mood. Sebagaimana perempuan yang lajang, dia dengan mudah bisa memutuskan untuk puasa sunnah atau tidak, tanpa harus bertanya kepada suaminya, dia dengan santai bisa membaca alqur'an tanpa direcoki anaknya yang nangis, bisa dengan mudah menjaga kebersihan dan kesucian pakaiannya karena tidak diompoli anaknya dan sebagainya.

Itu semua membuat seseorang yang tetep bisa istiqomah beribadah setelah menikah adalah hal yang luar biasa. Hingga pantas jika para ulama mengatakan bahwa istiqomah lebih baik daripada seribu karomah.

Tapi apakah seperti itu ....? 

Selain kenyataan diatas, ada juga fakta yang berkebalikan dari yang saya utarakan diatas .  

Saya yakin temen temen juga sering menemui, bahwa beberapa sahabat kita menjadi lebih baik ibadahnya setelah menikah. dia menjadi lebih rajin sholat jama'ah. dia yang biasanya masbuk atau bahkan sering tidak jama'ah dimesjid tiba tiba setelah menikah malah rajin adzan di mesjid. dia yang biasanya jarang ikut dzikiran habis sholat, berubah menjadi orang yang lama berdzikir habis sholat bahkan ditambahi dengan sholat rawatib.

Jadi pertanyaannya,,,,,,menikah itu sebuah cobaan, ujian, atau malah kemudahan dari Allah ? 

Saya jadi ingat,,,,dulu ketika ngaji,,,,nama kitabnya lupa..maklum bukan orang alim kaya Gus Baha' hehehehe...... diterangkan bahwa seorang salik atau orang yang mempelajari dan mengamalkan tasawuf dalam suatu thoriqoh, harus bertanya dan menimbang nimbang ketika mau menikah.....apakah menikah itu akan membuatnya bisa tambah baik ibadahnya atau kebalikannya....jika dia merasa menikah bisa menambah kwalitas dan kwantitas ibadahnya maka dia harus menikah...jika dia merasa sebaliknya atau takut ibadahnya akan menjadi berkurang atau tergganggu maka seyogyanya dia tidak menikah...

Makanya kalau kita membaca tarjamatu ulama ( sejarah para ulama) kita akan menemui beberapa ulama yang tidak menikah. ataupun menikah dengan perempuan yang memenuhi syarat tertentu ( yg diluar fikiran kita ) seperti Imam Syafii yang memberi beberapa syarat kepada siapa saja yang ingin menikah dengannya. pertama perempuan itu harus rela /ridho tidak dikumpuli imam syafii, kedua mampu membuat manisan, karena diminta oleh Imam Syafii untuk membuat manisan yang akan diberikan kepada murid muridnya setalah belajar. 

Itu terjadi karena para ulama tersebut takut jika menikah akan membuat kwalitas dan kwantitas ibadah mereka berkurang. Sehingga walaupun sebagian ada yang menikah, mereka ingin memastikan bahwa pernikahan mereka tidak akan mengganggu ibadah mereka kepada Allah SWT.

Jadi sebenarnya....menikah itu suatu kesempatan untuk menambah ibadah atau suatu cobaan untuk mengetahui ke istiqomahan kita dalam ibadah ? 
Jawabannya menurut saya....mungkin tergantung pribadi kita masing masing......

hm.....semakin saya mencoba membahas ini, kok saya merasa semakin pusing sendiri.....sayangnya saya bukanlah orang alim seperti Gus Baha, yang dengan entengnya mengatakan bahwa Pusingnya orang alim itu, karena mengetahui banyaknya kemungkinan hukum Allah dalam setiap hal / keadaan. Berbeda dengan pusingnya orang Jahil seperti saya,,, yang pusing karena ketidak tahuan tentang kemungkinan hukum Allah dalam suatu suatu keadaan.

Sebagaimana cerita seorang Ulama yang bernama Bannan Al Bagdadi, yang tetap terlihat tenang dan tidak menampakkan raut muka takut sama sekali ketika dia dilemparkan kedepan binatang buas. Ketika ditanya kenapa dia sangat tenang dan tidak nampak raut muka takut, Ternyata beliau sedang diliputi kebingungan, karena memikirkan perbedaan pendapat ulama seputar hukum bekas minuman dan air liur binatang buas tersebut.

waduh....tambah nglantur aja tulisanku ini..... yang jelas....semoga kita bisa istiqomah beribadah kepada Allah SWT, dan semoga keadaan kita yang sudah menikah ini merupakan anugerah Allah agar kita bisa lebih baik lagi kwalitas dan kwantitas ibadah kita....Amiiin...
Wallahu A'lamu Bishowab.....

 


Jumat, 21 Agustus 2020

Islam dan kebahagian Dunia Akhirat

Agama Islam Agama yang Memadukan kebahagian Dunia dengan Akhirat
Pada kali ini kita kan membahas tipologi Islam yang ke empat, yaitu Memadukan antara kebhagian dunia dengan kebahagian akhirat. Allah SWT menciptakan manusia sebagai hayawanun natiqun atau hewan yang bisa berfikir. Allah tidak menciptakan manusia sebagai makhluk jasmani saja, tetapi sebagai makhluk jasamni dan makhluk rohani sekaligus. Sebagai makhluk jasmani manusia tidak lepas dari kebutuhan kebutuhan jasmaniah untuk kelangsungan hidupnya, seperti makan, minum, istirahat, hubungan sexual dan sebagainya. Sedangkan sebagai makhluk ruhani manusia juga membutuhkan kesenangan kesenangan untuk kebahagiannya serta semua hal yang telah disiapkan Allah SWT untuknya dari nikmat dan kebahagian yang haqiqi. Maka Allah membolehkan kepada manusia untuk menikmati segala hal untuk menumbuhkan jasmaninya dan melegakan ruhnya, membiarkannya untuk hidup dengan baik hingga sampai menuju kederajat sempurna secara insaniah. Serta menumbuhkan kedalam diri manusia jiwa kompetisi dan berlomba antar sesamanya untuk sampai ketujuan tersebut. Selain itu, Allah telah menghamparkan bumi, langit dan seisinya untuk manusia serta memberikan akal untuknya agar mampu mempergunakan semuanya. Tetapi Allah SWT tidaklah membiarkan manusia menjadi hamba hawa nafsunya dan tahanan perutnya. Maka Allah memberikan rambu rambu dalam menikmati kehidupan dunia, dengan membolehkan menikmati semua hal yang akan memberikan manfaat bagi manusia itu sendiri tanpa berlebih lebihan dan melarang segal hal yang ujungnya akan membuat kerusakan pada manusia dan alam. Pertolongan Allah kepada Manusia Allah SWT membolehkan manusia untuk berhias dengan keindahan dunia dan menikmati kelapangan nikmat duniawi dengan syarat niat yang baik serta tidak melewati batasan syariat. قُلۡ مَنۡ حَرَّمَ زِيۡنَةَ اللّٰهِ الَّتِىۡۤ اَخۡرَجَ لِعِبَادِهٖ وَالطَّيِّبٰتِ مِنَ الرِّزۡقِ‌ؕ قُلۡ هِىَ لِلَّذِيۡنَ اٰمَنُوۡا فِى الۡحَيٰوةِ الدُّنۡيَا خَالِصَةً يَّوۡمَ الۡقِيٰمَةِ‌ؕ كَذٰلِكَ نُفَصِّلُ الۡاٰيٰتِ لِقَوۡمٍ يَّعۡلَمُوۡنَ Katakanlah (Muhammad), “Siapakah yang mengharamkan perhiasan dari Allah yang telah disediakan untuk hamba-hamba-Nya dan rezeki yang baik-baik? Katakanlah, “Semua itu untuk orang-orang yang beriman dalam kehidupan dunia, dan khusus (untuk mereka saja) pada hari Kiamat.” Demikianlah Kami menjelaskan ayat-ayat itu untuk orang-orang yang mengetahui. Serta melarang manusia untuk berlebih lebihan dalam hal agama dan ibadah kepadaNYA sehingga melupakan kehidupan dunia atau membuat sakit atau rusak dirinya sendiri, وَٱبْتَغِ فِيمَآ ءَاتَىٰكَ ٱللَّهُ ٱلدَّارَ ٱلْءَاخِرَةَ ۖ وَلَا تَنسَ نَصِيبَكَ مِنَ ٱلدُّنْيَا ۖ وَأَحْسِن كَمَآ أَحْسَنَ ٱللَّهُ إِلَيْكَ ۖ وَلَا تَبْغِ ٱلْفَسَادَ فِى ٱلْأَرْضِ ۖ إِنَّ ٱللَّهَ لَا يُحِبُّ ٱلْمُفْسِدِينَ Dan carilah pada apa yang telah dianugerahkan Allah kepadamu (kebahagiaan) negeri akhirat, dan janganlah kamu melupakan bahagianmu dari (kenikmatan) duniawi dan berbuat baiklah (kepada orang lain) sebagaimana Allah telah berbuat baik, kepadamu, dan janganlah kamu berbuat kerusakan di (muka) bumi. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang berbuat kerusakan. إِنَّ الدِّينَ يُسْرٌ ، وَلَنْ يُشَادَّ الدِّينَ أَحَدٌ إِلاَّ غَلَبَهُ ، فَسَدِّدُوا وَقَارِبُوا وَأَبْشِرُوا ، وَاسْتَعِينُوا بِالْغَدْوَةِ وَالرَّوْحَةِ وَشَىْءٍ مِنَ الدُّلْجَةِ “ Sesungguhnya agama itu mudah, dan sekali-kali tidaklah seseorang memperberat agama melainkan akan dikalahkan, dan (dalam beramal) hendaklah pertengahan (yaitu tidak melebihi dan tidak mengurangi), bergembiralah kalian, serta mohonlah pertolongan Ar rukhsah dalam Islam Dalam pelaksanaan aturan aturan yang ditetapkan Allah kepada manusia, kita bisa menyebut aturan aturan ini dengan syariat atau agama islam. Allah tetap memberi kemudahan kepada manusia dengan hadirnya Rukhsah. Allah memberi rukhsah kepada manusia jika terjadi suatu kejadian, atau munculnya peristiwa yang tak terduga dengan membolehkan manusia untuk pindah dari aturan yang susah untuk dikerjakan ke peratuaran lain yang mudah dikerjakan, atau jika ada bahaya dalam pelaksanaan aturan tersebut. Ini semua karena agama islam menganggap kesehatan manusia dan kelangsungan hidupnya adalah modal utama kebahagian duniawi dan kebahagian ukrowi. Seperti ; Allah membolehkan untuk membatalkan puasa, jika ditakutkan adanya bahaya, atau sakit bagi pelakunya. Sebagaimana Allah membolehkan tayamum bagi orang orang yang sakit, ataupun orang orang yang tidak menemukan air. Atau juga Allah memberi rukhsah kepada orang yang sholat dengan duduk jika tidak mampu berdiri dan membolehkan tidak ikut sholat jum’at jika hujan lebat, sakit ataupun adaya bahaya yang mengancam jiwa seseorang. Dan banyak lagi contoh contoh rukhsah yang alin dalam ibadah kita sehari hari. Anjuran untuk herhemat atau hidup ekonomis Agama islam juga mengajarkan kepada pemeluknya untuk berhemat dalam segala hal. Jangan berlebih lebihan dalam menikmati kenikmatan yang akhirnya menjadi boros ataupun berlebihan dalam menahan diri sehingga menjadi bakhil atupun pelit. Karena boros akan membawa kerusakan pada diri sendiri maupun harta, sedangkan pelit akan melahirkan cela dan kehinaan. • وَآتِ ذَا الْقُرْبَى حَقَّهُ وَالْمِسْكِينَ وَابْنَ السَّبِيلِ وَلا تُبَذِّرْ تَبْذِيرًا Dan berikanlah haknya kepada kerabat dekat, juga kepada orang miskindan orang yang dalam perjalanan; dan janganlah kamu menghambur-hamburkan (hartamu) secara boros. إِنَّ الْمُبَذِّرِينَ كَانُوا إِخْوَانَ الشَّيَاطِينِ وَكَانَ الشَّيْطَانُ لِرَبِّهِ كَفُورًا Sesungguhnya orang-orang yang pemboros itu adalah saudara setan dan setan itu sangat kufur kepada Tuhannya وَلَا تَجْعَلْ يَدَكَ مَغْلُولَةً إِلَىٰ عُنُقِكَ وَلَا تَبْسُطْهَا كُلَّ ٱلْبَسْطِ فَتَقْعُدَ مَلُومًا مَّحْسُورًا Dan janganlah kamu jadikan tanganmu terbelenggu pada lehermu dan janganlah kamu terlalu mengulurkannya karena itu kamu menjadi tercela dan menyesal. الثُّلُثُ وَالثُّلُثُ كَثِيرٌ – إِنَّكَ أَنْ تَذَرَ وَرَثَتَكَ أَغْنِيَاءَ خَيْرٌ مِنْ أَنْ تَذَرَهُمْ عَالَةً يَتَكَفَّفُونَ النَّاسَ “Sepertiga. Sepertiganya itu cukup banyak. Sesungguhnya jika engkau meninggalkan para ahli warismu dalam keadaan kaya (cukup) itu lebih baik daripada engkau meninggalkan mereka dalam keadaan miskin sehingga meminta-minta kepada orang lain”. [Hadits Riwayat Al-Bukhari, kitab Al-Janaiz no. 1295, dan Muslim, kitab Al-Washiyyah no. 1628] Anjuran untuk bekerja Sebagaiman Agama islam mengajarkan untuk tidak pelit maupun kikir, Agama islam juga mengajarkan kepada pemeluknya untuk bekerja keras untuk memenuhi kebutuhan hidupnya sendiri, sehingga tidak membutuhkan bantuan orang lain selain dalam kekosongan atau pengangguran menghasilkan kerusakan badan dan kehancuran martabat serta kerusakan jiwa manusia. هُوَ ٱلَّذِى جَعَلَ لَكُمُ ٱلْأَرْضَ ذَلُولًا فَٱمْشُوا۟ فِى مَنَاكِبِهَا وَكُلُوا۟ مِن رِّزْقِهِۦ ۖ وَإِلَيْهِ ٱلنُّشُورُ Dialah Yang menjadikan bumi itu mudah bagi kamu, maka berjalanlah di segala penjurunya dan makanlah sebahagian dari rezeki-Nya. Dan hanya kepada-Nya-lah kamu (kembali setelah) dibangkitkan. مَا أَكَلَ أَحَدٌ طَعَامًا قَطُّ خَيْرًا مِنْ أَنْ يَأْكُلَ مِنْ عَمَلِ يَدِهِ ، وَإِنَّ نَبِىَّ اللَّهِ دَاوُدَ – عَلَيْهِ السَّلاَمُ – كَانَ يَأْكُلُ مِنْ عَمَلِ يَدِهِ “Tidaklah seseorang memakan suatu makanan yang lebih baik dari makanan yang ia makan dari hasil kerja keras tangannya sendiri. Karena Nabi Daud ‘alaihis salam dahulu bekerja pula dengan hasil kerja keras tangannya.” (HR. Bukhari No. 2072) Wallahu A’lam bis showab

Rabu, 19 Agustus 2020

Islam dan perdamaian

Islam dan Perdamaian Tipologi agama islam yang ke tiga adalah mengajak kepada Perdamaian. Tidak diragukan lagi bahwa agama islam memasukkan ajakan perdamaian antara manusia didalam semua ajarannya. Ini bisa kita lihat dengan jelas dalam semua ayat Al qur'anil karim, hadist nabi Muhammad SAW maupun didalam akhlak dan tingkah laku para salafus sholeh. Mari kita lihat umat yang mendapatkan karunia dengàn hadirnya nabi Muhammad SAW ditengah tengah mereka. Bagaimana perubahan akhlak, kebiasaan, dan budaya mereka hanya dalam waktu yang sangat singkat. Arab sebelum islam merupakan kaum yang penuh dengan peperangan, pèrmusuhan antara kobilah, kaum yang diliputi dengan perasaan saling curiga, hasud dan dendam. Kaum yang diisi dengan kesombongan, yang kuat memakan yang lemah, yang kaya memperbudak yang miskin, menganggap hina perempuan, kaum yang rela membunuh anak anak perempuan hanya karena malu dan seterusnya. Setelah datangnya islam mereka berubah menjadi kaum yang yang bersatu, kaum yang penuh dengan cinta dan mahabbah, rasa persaudaraan yang kental, kaum yang penuh perdamaian, kaum yang diliputi rasa maaf dan memaafkan, keikhlasan dan mengutamakan yang lain.Kaum arab berubah persis seperti gambaran Al –qur’an “ مُّحَمَّدٌ رَّسُولُ ٱللَّهِ ۚ وَٱلَّذِينَ مَعَهُۥٓ أَشِدَّآءُ عَلَى ٱلْكُفَّارِ رُحَمَآءُ بَيْنَهُمْ ۖ تَرَىٰهُمْ رُكَّعًا سُجَّدًا يَبْتَغُونَ فَضْلًا مِّنَ ٱللَّهِ وَرِضْوَٰنًا ۖ سِيمَاهُمْ فِى وُجُوهِهِم مِّنْ أَثَرِ ٱلسُّجُودِ ۚ ذَٰلِكَ مَثَلُهُمْ فِى ٱلتَّوْرَىٰةِ ۚ وَمَثَلُهُمْ فِى ٱلْإِنجِيلِ كَزَرْعٍ أَخْرَجَ شَطْـَٔهُۥ فَـَٔازَرَهُۥ فَٱسْتَغْلَظَ فَٱسْتَوَىٰ عَلَىٰ سُوقِهِۦ يُعْجِبُ ٱلزُّرَّاعَ لِيَغِيظَ بِهِمُ ٱلْكُفَّارَ ۗ وَعَدَ ٱللَّهُ ٱلَّذِينَ ءَامَنُوا۟ وَعَمِلُوا۟ ٱلصَّٰلِحَٰتِ مِنْهُم مَّغْفِرَةً وَأَجْرًا عَظِيمًۢا Muhammad itu adalah utusan Allah dan orang-orang yang bersama dengan dia adalah keras terhadap orang-orang kafir, tetapi berkasih sayang sesama mereka. Kamu lihat mereka ruku' dan sujud mencari karunia Allah dan keridhaan-Nya, tanda-tanda mereka tampak pada muka mereka dari bekas sujud. Demikianlah sifat-sifat mereka dalam Taurat dan sifat-sifat mereka dalam Injil, yaitu seperti tanaman yang mengeluarkan tunasnya maka tunas itu menjadikan tanaman itu kuat lalu menjadi besarlah dia dan tegak lurus di atas pokoknya; tanaman itu menyenangkan hati penanam-penanamnya karena Allah hendak menjengkelkan hati orang-orang kafir (dengan kekuatan orang-orang mukmin). Allah menjanjikan kepada orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal yang saleh di antara mereka ampunan dan pahala yang besar. Tidak diragukan lagi bahwa Allah dengan agama islam inilah yang telah mengubah kabilah kabilah yang saling membenci menjadi kabilah yang saling memaafkan, Mengubah hati hati yang tercerai berai menajadi hati yang bersatu dan penuh rasa sayang, nafs yang suka mengumbar kebobrokan menjadi nafs yang suka kebaikan. وَأَلَّفَ بَيْنَ قُلُوبِهِمْ ۚ لَوْ أَنفَقْتَ مَا فِى ٱلْأَرْضِ جَمِيعًا مَّآ أَلَّفْتَ بَيْنَ قُلُوبِهِمْ وَلَٰكِنَّ ٱللَّهَ أَلَّفَ بَيْنَهُمْ ۚ إِنَّهُۥ عَزِيزٌ حَكِيمٌ Dan Yang mempersatukan hati mereka (orang-orang yang beriman). Walaupun kamu membelanjakan semua (kekayaan) yang berada di bumi, niscaya kamu tidak dapat mempersatukan hati mereka, akan tetapi Allah telah mempersatukan hati mereka. Sesungguhnya Dia Maha Gagah lagi Maha Bijaksana Terus bagaimana sikap arab ( muslimin) kepada kaum selain mereka ? kita bisa lihat di sejarah manusia. Setiap kaum muslimin menduduki suatu daerah maka daerah itu berubah menjadi daerah yang bebas dalam beribadah, daerah yang makmur, daerah yang tidak ada kasta sosial didalamnya, daerah dimana keadilan menjadi tonggak utama bangunan masyarkat dan hukum. Islam adalah agama yang mengajarkan kepada pememeluknya untuk menghormati hak hak pemeluk agama lain. Kaum non muslimin yang berada di bawah kekuasaan kaum muslimin hanya membayar jizyah (upeti) sejenis dengan pajak. Ini merupakan sebuah harta yang akan digunakan untuk menjaga keamanan mereka, setelah itu mereka bebas dalam menentukan akidah mereka, mereka bebas beribadah sesuai agama mereka. Tidak ada perbedaan perlakuan dalam hubungan sosial bahkan dalam sunnah nabi diterangkan bahwa kaum non muslimin yang tinggal dinegara muslimin tidak boleh disakiti dan harus dijaga harta maupun kehormatan mereka. أَلَا مَنْ ظَلَمَ مُعَاهَدًا، أَوِ انْتَقَصَهُ، أَوْ كَلَّفَهُ فَوْقَ طَاقَتِهِ، أَوْ أَخَذَ مِنْهُ شَيْئًا بِغَيْرِ طِيْبِ نَفْسٍ، فَأَنَا حَجِيْجُهُ يَوْمَ الْقِيَامَةِ “Ingatlah, siapa yang mendzalimi seorang kafir mu’ahad, merendahkannya, membebaninya di atas kemampuannya atau mengambil sesuatu darinya tanpa keridhaan dirinya, maka saya adalah lawan bertikainya pada hari kiamat” (HR. Abu Daud, dishahihkan Al Albani dalam Shahih Al Jami’). Selain itu islam juga terus mengajarkan kepada pemeluknya untuk terus menyambung tali silaturohmi kepada orang tua , keluarga dan handai tolan yang non muslim. Islam mengajarkan untuk terus membantu mereka, berhubungan baik dengan mereka selama tidak berhubungan dengan ibadah / akidah. وَإِن جَٰهَدَاكَ عَلَىٰٓ أَن تُشْرِكَ بِى مَا لَيْسَ لَكَ بِهِۦ عِلْمٌ فَلَا تُطِعْهُمَا ۖ وَصَاحِبْهُمَا فِى ٱلدُّنْيَا مَعْرُوفًا ۖ وَٱتَّبِعْ سَبِيلَ مَنْ أَنَابَ إِلَىَّ ۚ ثُمَّ إِلَىَّ مَرْجِعُكُمْ فَأُنَبِّئُكُم بِمَا كُنتُمْ تَعْمَلُونَ Jika keduanya berupaya keras untuk memaksamu agar kamu menyekutukan Allah dengan selain-Nya, maka janganlah kamu taati keduanya dalam hal ini, karena tidak boleh taat kepada makhluk ciptaan dalam kemaksiatan terhadap Sang Pencipta, dan tetaplah berinteraksi dengan keduanya di dunia dengan cara berbakti, menjaga silaturahmi dan berbuat baik. Dan ikutilah jalan orang-orang yang kembali kepada-Ku dengan tauhid dan ketaatan, kemudian hanya kepada-Ku lah tempat kembali kalian pada hari Kiamat nanti, lalu Aku kabarkan kepada kalian tentang perbuatan yang telah kalian lakukan di dunia dan Aku akan membalas perbuatan itu atas kalian."

Rabu, 12 Agustus 2020

Persamaan dalam Hak dan Kewajiban Antara Manusia

Setelah kemarin kita membahas khosois agama islam yang pertama yaitu menghormati akal dan menggunakannya untuk mengenal Allah serta mengesakannya. Maka sekarang kita akan membahas tentang tipologi yang kedua yaitu Persamaan hak dan kewajiban antara manusia. 

Kita sering sekali mendengar kata kata "HAM". Sesungguhnya sebelum PBB mendengungkan HAM dan menyebarkannya keseluruh dunia, Islam sudah lebih dahulu mengibarkan bendera HAM dalam dakwah dan syariatnya. Islam bukan saja mengajarkan pentingnya persamaan hak antara manusia melainkan persamaan kewajiban juga. Di dalam islam diajarkan bahwa sebelum orang menuntut hak nya dia terlebih dahulu harus menunaikan kewajibannya. 

Bukan saja tentang persamaan hak dan kewajiban antar manusia, Islam bahkan mengajarkan persaudaraan antara manusia.  mukmin satu dengan mukmin yang lain digambarkan bagai satu tubuh, jika satu bagian sakit maka semua bagian tubuh itu akan merasakan sakit juga. 

Doktrin tentang persaudaraan dan persaaman hak dan kewajiban ini, bukan saja di tulis di kitab suci Alqur'an saja tetapi telah dipraktekkan mulai awal awal kemunculan agama islam ini.

Lihatlah bagaimana Rasulullah SAW mempersaudarakan antara penduduk mekah yang datang ke yastrib ( muhajirin ) dengan penduduk asli yastrib  ( anshor ). Dan bagaiman kaum anshor ini dengan rela dan riang gembira memberikan sebagian hartanya untuk kaum muhajirin. 

Lihatlah pula bagaimana budak belian seperti Bilal bin Robbah bisa menjadi salah satu kubarul shohabah. 

Lihat lah lagi isi sambutan Nabi SAW dikhutbatul wada', Betapa adil beliau dan betapa beliau sangat menjunjung persamaan hak dan kewajiban yang tidak akan kita lihat dari siapapun kecuali orang orang yang mau dan mampu meneladani beliau. " wahai manusia, barang siapa yang pernah aku ambil hartanya, maka inilah hartaku silahkan ambil darinya, barang siapa yang pernah kena pukulku maka lakukan qisos ini padaku sebelum hari kiamat datang.

Mari kita renungkan ayat suci Alqur'an surat
Ali-'Imran: 195

فَٱسۡتَجَابَ لَهُمۡ رَبُّهُمۡ أَنِّى لَآ أُضِيعُ عَمَلَ عَٰمِلٍ مِّنكُم مِّن ذَكَرٍ أَوۡ أُنثَىٰ بَعۡضُكُم مِّنۢ بَعۡضٍ فَٱلَّذِينَ هَاجَرُواْ وَأُخۡرِجُواْ مِن دِيَٰرِهِمۡ وَأُوذُواْ فِى سَبِيلِى وَقَٰتَلُواْ وَقُتِلُواْ لَأُكَفِّرَنَّ عَنۡهُمۡ سَيِّـَٔاتِهِمۡ وَلَأُدۡخِلَنَّهُمۡ جَنَّٰتٍ تَجۡرِى مِن تَحۡتِهَا ٱلۡأَنۡهَٰرُ ثَوَابًا مِّنۡ عِندِ ٱللَّهِ وَٱللَّهُ عِندَهُۥ حُسۡنُ ٱلثَّوَابِ

Maka Tuhan mereka memperkenankan permohonannya (dengan berfirman): "Sesungguhnya Aku tidak menyia-nyiakan amal orang-orang yang beramal di antara kamu, baik laki-laki atau perempuan, (karena) sebagian kamu adalah turunan dari sebagian yang lain. Maka orang-orang yang berhijrah, yang diusir dari kampung halamannya, yang disakiti pada jalan-Ku, yang berperang dan yang dibunuh, pastilah akan Ku-hapuskan kesalahan-kesalahan mereka dan pastilah Aku masukkan mereka ke dalam surga yang mengalir sungai-sungai di bawahnya, sebagai pahala di sisi Allah. Dan Allah mempunyai balasan yang baik. 

 Ayat ini memperkuat penegasan islam tentang persamaan hak antara wanita dengan laki laki. Mereka sama sama menerima balasan dari amal masing masing dan mereka sama sama tidak akan disepelekan. 

Rasulullah SAW bersabda "  Manusia semuanya berasal dari Adam, dan Adam dari tanah. tidak ada kelebihan antara arab dengan non arab kecuali dengan takwa". 

Disini kita bisa memahami bahwa agama islam tidak membedakan antara raja dengan hamba, antara kaya dengan miskin, antara laki laki dengan perempuan, antara alim dengan jahil dalam pelaksanaan  kewajiban dan hak. semua manusia sama dalam pandangan syariat islam.

فَمَنۡ يَّعۡمَلۡ مِثۡقَالَ ذَرَّةٍ خَيۡرًا يَّرَهٗ
Maka barangsiapa mengerjakan kebaikan seberat zarrah, niscaya dia akan melihat (balasan)nya,

وَمَنۡ يَّعۡمَلۡ مِثۡقَالَ ذَرَّةٍ شَرًّا يَّرَهٗ
dan barangsiapa mengerjakan kejahatan seberat zarrah,  niscaya akan melihatnya.

Untuk memastikan persamaan hak dan kewajiban ini terlaksana dengan baik, maka dibutuhkanlah pemerintah (hukkam) yang adil. Pemerintah ini bertugas sebagai hakim dan penjaga, pemerintah ini harus mampu dan mau mengambil dari yang kuat untuk diberikan kepada yang lemah, menghukum yang dholim untuk menjaga dan menyelamatkan yang terdholimi, serta melihat kepentingan umum dan keselamatan serta kesejakhteraan masyarakat sebagai yang utama. Pemerintah ini juga bergerak mengikuti panduan dan aturan aturan syariat islam dan mengetahui batasan batasannya. 

Maka ketundukkan kepada pemerintah serta mengikuti semua aturan dan panduan pemerintah ini merupakan kewajiban setiap muslim selama pemerintah mengutamakan kepentingan dan keselamatan masyarakat dan tidak melanggar batas batas syariat. 

Disinilah perbedaan mendasar antara NU dengan HTI. NU berpendapat bahwa Khilafah itu adalah wajib adanya kepemimpinan, bentuknya bisa bermacam macam, bisa berbentuk kerajaan, republik maupun kesultanan. Yang penting dalam khilafah adalah adanya pemimpin yang menjamin keselamatan dan keteraturan di masyarakat. sedangkan HTI memandang khilafah sebagai barang jadi, sebagai bentuk kepemimpinan sehingga menganggap kepemimpinan berbentuk Republik, kerajaan  dan lainnya sebagai suatu yang salah. Wallahu A'lam bishowab.

Senin, 10 Agustus 2020

Islam dan Penggunaan Akal

Agama Islam merupakan agama yang haq, agama yang sesuai dengan akal dan logika, agama yang sesuai dengan perkembangan jaman, agama yang cocok dengan perkembangan generasi demi generasi manusia, agama yang diperuntukkan untuk semua kelompok dan suku manusia. Agama yang di bawa oleh baginda nabi Muhammad SAW untuk mengeluarkan manusia dari kegelapan menuju cahaya, agama yang dibawa untuk memberi petunjuk kejalan yang benar, jalan yang sudah disiapkan tuhan Allah yang maha perkasa sèrta maha bijaksana. Agama yang disiapkan untuk membimbing manusia ke kebahagianyang haqiqi di dunia maupun di akhirat.

Oleh karena itu, agama islam mempunyai beberapa kekhususan maupun tipologi sebagai berikut ; 
Pertama : Menghormati Akal dan Menggunakan Logika dalam Mengenal wujudnya Allah dan KeesaanNYA. 
Kedua : Persamaan hak antara manusia dalam hak dan kewajiban.

Ketiga : Memproklamasikan perdamaian dan keselamatan manusia. 
Keempat : Menggabungkan / Menyeimbangkan antara kebaikan dunia dan Akhirat.
Kelima : Kesesuaian Islam untuk setiap masa dan setiap tempat.

Pada kali ini kita akan membahas yang pertama  yaitu : Menghormati akal dan menjadikaannya dasar dalam mengetahui wujudnya Allah serta pengesaanNya.

Temen temen, islam datang untuk mengajak  manusia agar mengetahui wujudnya tuhan dan memproklamsikan ke esaan Allah. Dalam dakwahnya ini, islam telah membangunkan akal logika dari tidurnya yang panjang, mengajak akal manusia untuk mengerjakan lagi kewajibannya yang telah terlupakan, memberi petunjuk kepadanya untuk menggunakan logika yang benar dan menelaah ke alam semesta yang luas ini, menelitinya mulai dari keteraturannya yang istimewa, nidhom yang luar biasa detil, benda benda yang mengagumkan,  sampai ke terikatan antara sebab dan musabab (hukum kausalitas).

 Lebih daripada itu, islam mengajak akal logika manusia untuk memperhatikan seluruh alam semesta ini,  agar dia mencari asal muasal dari penciptaan ini. didalam 
Surat Al-Baqarah Ayat 164 disebutkan : 

إِنَّ فِي خَلْقِ السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضِ وَاخْتِلَافِ اللَّيْلِ وَالنَّهَارِ وَالْفُلْكِ الَّتِي تَجْرِي فِي الْبَحْرِ بِمَا يَنْفَعُ النَّاسَ وَمَا أَنْزَلَ اللَّهُ مِنَ السَّمَاءِ مِنْ مَاءٍ فَأَحْيَا بِهِ الْأَرْضَ بَعْدَ مَوْتِهَا وَبَثَّ فِيهَا مِنْ كُلِّ دَابَّةٍ وَتَصْرِيفِ الرِّيَاحِ وَالسَّحَابِ الْمُسَخَّرِ بَيْنَ السَّمَاءِ وَالْأَرْضِ لَآيَاتٍ لِقَوْمٍ يَعْقِلُونَ

Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi, silih bergantinya malam dan siang, bahtera yang berlayar di laut membawa apa yang berguna bagi manusia, dan apa yang Allah turunkan dari langit berupa air, lalu dengan air itu Dia hidupkan bumi sesudah mati (kering)-nya dan Dia sebarkan di bumi itu segala jenis hewan, dan pengisaran angin dan awan yang dikendalikan antara langit dan bumi; sungguh (terdapat) tanda-tanda (keesaan dan kebesaran Allah) bagi kaum yang memikirkan.

Ini semua,  agar akal tanpa paksaan kembali ke fitrohnya, yaitu  mengakui bahwa alam semesta yang luar biasa ini ada karena ada yang mengadakan, tercipta karena ada yang menciptakan.  Dan kesatuan aturan serta nidhom alam semesta ini hanya bisa muncul dari satu tuhan saja, tidak mungkin lebih, yaitu tuhan yang maha esa, maha hidup, maha kuasa, maha bijaksana, maha mengetahui dan mempunyai sifat sifat yang sempurna lainnya.

Agama islam tidak berhenti hanya menuntun akal untuk mengetahui dan mengagumi tuhan yaitu Allah semata, tetapi agama islam menjadikan berfikir tentang alam semesta ini sebagai ibadah tingkat tinggi. 

dalam Al - Quran Surat Ali ‘Imran Ayat 191dinyatakan :  ٱلَّذِينَ يَذْكُرُونَ ٱللَّهَ قِيَٰمًا وَقُعُودًا وَعَلَىٰ جُنُوبِهِمْ وَيَتَفَكَّرُونَ فِى خَلْقِ ٱلسَّمَٰوَٰتِ وَٱلْأَرْضِ رَبَّنَا مَا خَلَقْتَ هَٰذَا بَٰطِلًا سُبْحَٰنَكَ فَقِنَا عَذَابَ ٱلنَّارِ 
Artinya: (yaitu) orang-orang yang mengingat Allah sambil berdiri atau duduk atau dalam keadan berbaring dan mereka memikirkan tentang penciptaan langit dan bumi (seraya berkata): "Ya Tuhan kami, tiadalah Engkau menciptakan ini dengan sia-sia, Maha Suci Engkau, maka peliharalah kami dari siksa neraka. 

Tidak diragukan lagi bahwa ini semua merupakan anjuran dan dorongan untuk menggunakan akal  dalam melihat dan menelaah alam semesta, berusaha keras dalam memahami alam semesta, memunculkan instrumen instrumen dalam  usaha mengetahui hukum / aturan Allah pada  ciptaanya. seperti ilmu biologi, kedokteran, fisika, kimia, sejarah, ilmu falak / astronomi dan semua ilmu yang menjadikan manusia belajar terus menerus. Dan semakin manusia berhasil membuka rahasia rahasia alam ini semakin banyak rahasia pencipatan yang tidak diketahui, semakin manusia menguasahi ilmu ini semakin dekat manusia kepada tuhannya. berapa banyak para ilmuwan yang mendapatkan hidayah masuk islam karena penemuan penemuan mereka. Itu karena semakin manusia menggunakan akal dengan benar maka dia akan semakin dekat untuk mengetahui keberadaan tuhannya Allah Azza Wajalla . 

Didalam Alqur'an, kitab suci agama islam, kitab yang menjadi rujukan utama dalam syariat umat islam banyak ditemukan ayat ayat yang menandakan islam menghormati akal dan mengajak manusia untuk menggunakannya,  menjadikannya syarat taklif ( dibebani aturan syariat ), dan dasar untuk mendapatkan pahala maupu dosa. Kebalikannya islam mengecam orang yang tidak menggunakan akalnya, dan hanya mengikuti para pendahulunya.

Didalam Surat Muhammad Ayat 24 disebutka : 

أَفَلَا يَتَدَبَّرُونَ الْقُرْآنَ أَمْ عَلَىٰ قُلُوبٍ أَقْفَالُهَا

Maka apakah mereka tidak memperhatikan Al Quran ataukah hati mereka terkunci?
atau Surat Al-Baqarah Ayat 170
 وَإِذَا قِيلَ لَهُم
ُ ٱتَّبِعُوا۟ مَآ أَنزَلَ ٱللَّهُ قَالُوا۟ بَلْ نَتَّبِعُ مَآ أَلْفَيْنَا عَلَيْهِ ءَابَآءَنَآ ۗ أَوَلَوْ كَانَ ءَابَآؤُهُمْ لَا يَعْقِلُونَ شَيْـًٔا وَلَا يَهْتَدُونَ 
Terjemah Arti: Dan apabila dikatakan kepada mereka: "Ikutilah apa yang telah diturunkan Allah," mereka menjawab: "(Tidak), tetapi kami hanya mengikuti apa yang telah kami dapati dari (perbuatan) nenek moyang kami". "(Apakah mereka akan mengikuti juga), walaupun nenek moyang mereka itu tidak mengetahui suatu apapun, dan tidak mendapat petunjuk?". 

Selain itu Islam menjadikan hifdul Akal / menjaga akal sebagai salah satu dari kehutuhan yang dhoruri.  Keharaman minum minuman keras, narkotika dan sejenisnya adalah upaya islam dalam menjaga akal manusia.  Betapa sering kita membaca "ulul albab" atau "ulul Absar" dalam Alqur'an menunjukkan tingginya perhatian islam pada penggunaan akal. wallau a'lam bishowab...



Minggu, 09 Agustus 2020

Akhlak kepada Teman

Akhlak Kepada Teman dalam Tholabul Ilmi

Semua manusia pasti mempunyai teman dan sahabat. Sebagaimana kita harus menjaga akhlak dan adab sopan santun kepada orang tua maupun guru, kita juga harus beradab dalam bermualamah kepada teman kita. keharusan beradab dalam muamalah kepada temsn semakin bertambah bagi kita yang masih di taraf tholabul ilmi. 

Beberapa hal di bawah ini merupakan adab dan akhlak dalam bermuamalah kepada teman dan ikhwan. 

Pertama; Jika kita duduk di kelas ataupun majelis ilmi, maka jangan mempersempit tempat duduk teman teman kita. Janganlah duduk ditempat yang akan mengganggu mereka. Biasakan menyisakan tempat yang lapang dan nyaman untuk teman dan orang lain. Ini berlaku bukan saja di majelis ilmi tetapi juga di manapun kita berada.  karena mempersempit  orang lain di majelis akan membuat kebencian di hati.  يَٰٓأَيُّهَا ٱلَّذِينَ ءَامَنُوٓا۟ إِذَا قِيلَ لَكُمْ تَفَسَّحُوا۟ فِى ٱلْمَجَٰلِسِ فَٱفْسَحُوا۟ يَفْسَحِ ٱللَّهُ لَكُمْ ۖ وَإِذَا قِيلَ ٱنشُزُوا۟ فَٱنشُزُوا۟ يَرْفَعِ ٱللَّهُ ٱلَّذِينَ ءَامَنُوا۟ مِنكُمْ وَٱلَّذِينَ أُوتُوا۟ ٱلْعِلْمَ دَرَجَٰتٍ ۚ وَٱللَّهُ بِمَا تَعْمَلُونَ خَبِيرٌ 

Selanjutnya, Jika seandainya ada diantara teman kita yang menghadapi kesulitan dalam memahami pelajaran, kemudian meminta penjelasan dari guru maka dengarkan penjelasan guru itu. Bisa jadi kita akan mendapatkan pemahaman yang lebih baik dari pengulangan penjelasan tersebut. Dan janganlah kita berbicara ataupun mengucapkan perkataan yang menunjukkan penghinaan kepada teman yang bertanya tadi atau bergaya seakan akan meremehkan kemampuan akalnya. 

Kemudian, Jika seandainya kita tinggal di asrama bersama teman, maka harusnya kita berusaha untuk tidak menggangu istirahat mereka dengan belajar dan mengulangi pelajaran dengan suara yang keras dan gaduh. Harusnya kita Berusaha untuk memberi mereka waktu istirahat yang nyaman sebagaimana kita juga menginginkan punya waktu istirahat yang nyaman.  Serta jika kita sudah bangun duluan ketika fajar, maka mari membangunkan teman teman dengan lemah lembut. 

Yang terakhir, Ketika  teman kita meminta bantuan maka jangan sampai kita menolak membantu mereka. Kemudian jikà  sudah selesai membantu mereka janganlah kita bergaya seakan akan diri kita  adalah pahlawan karena bantuan ini. 




Terjemahan bebas dari kita Washoya l Aba i lil Abna i bab hukukul ikhwan.

Sabtu, 08 Agustus 2020

Mengajar, Belajar Bersama dan Dari Anak

Mengajar Anak, belajar Bersama Anak dan Belajar dari Anak. 
Keadaan pandemi yang melanda kita sekarang ini memaksa sebagian besar orang tua untuk terus dirumah dan berinteraksi 24 jam dengan anak anaknya. Ini ditambah dengan kebijakan pembelajaran daring yang diterapkan oleh mas menteri pendidikan dan kebudayaan Nadiem Makarim membuat orang tua yang biasanya acuh tak acuh dalam pendidikan anaknya dipaksa untuk mendampingi bahkan "mengerjakan" beberapa tugas sekolah anaknya. 

Banyak yang mengeluh merasa keberatan bahkan adapula yang sampai marah marah mengumpat para guru lewat media sosial karena merasa keberatan dengan tambahan "pekerjaan" hadiah dari pembelajaran daring ini. 

Tetapi jika kita mau jujur, dan berfikir jernih, bukankah mereka anak kita ? darah daging kita ? penerus cita cita kita ? terus mengapa kita keberatan untuk mendidiknya ? mari kita pikir bersama sama dengan tenang, di akhirat nanti yang akan ditanya tentang akhlak, kebiasaan, dan pendidikan anak untuk pertama kali,  kita atau guru gurunya ? apalagi jika kita mengingat hadist tentang amalan yang terus berlanjut walaupun pelakunya sudah meninggal, apakah redaksinya " tilmidhun sholihun   yad'u lahu " atau waladun sholihun yad'u lahu" ( murid sholeh yang mendoakan gurunya atau anak sholeh yang mendoakan gurunya)? 

Kira kira, jika suatu saat anak kita sukses di kehidupannya kelak, yang dipuji dahulu gurunya apa orang tuanya ? kebalikanya, jika "naudhubillah" anak kita berbuat tidak baik ataupun gagal dalam kehidupannya, yang pèrtama kali sedih siapa, kita atau gurunya ?  jadi kenapa kita keberatan untuk mendidik dan mendampinginya ? 

Bukankah pandemi ini merupakan kesempatan bagi kita untuk menanamkan cita cita, ideologi dan kebiasan kita kepada mereka tanpa intervensi dari orang lain. Sebagai orang tua yang akan dimintai tanggung jawab nanti di akhirat, mari kita melihat dan merenungi, apakah bacaan Alfatihah anak kita hasil didikan gurunya atau hasil pengajaran kita ? Apakah bacaan dan gerakan sholat anak kita didapat dari kita atau jariah gurunya ? Mari bertanya pada diri sendiri, apakah anak mengenal Allah dan RasulNya dari kita ? Jangan sampai kita yang menghidupi anak kita, kita yang bekerja keras untuk kesuksesanya, tetapi hal hal urgent yang harus dia kuasahi malah hasil didikan gurunya bukan kita...jangan sampai amal jariah sholat anak kita mengalir hanya untuk gurunya,,,karena kita tidak pernah mengajari nya sholat.
Sebenarnya, kita bisa belajar banyak dari pendampingan kita kepada mereka. jika kita punya anak yang baru belajar berjalan, lihatlah betapa kerja keras si imut ini dalam berlatih berjalan, betapa dia tidak kenal menyerah untuk menggapai tujuannya "berjalan". Jatuh bangun dia alami dalam berlatih berjalan, jatuh menangis, tapi sekejab kemudian dia mencoba lagi, terbentur tembok ataupun kursi yang membuat dia menangis, tapi sebentar kemudian dia sudah mencoba lagi.


Jika kita mempunyai anak yang diusia RA dan sedang belajar membaca dan menulis, lihatlah bagaimana susah payahnya dia mencoba mengeja suatu kata, atau raut muka penuh isykal ketika berusaha membedakan lafad "f" dengan "v" atau sulitnya dia membedakan mana yang "b" dan mana yang "d". Tetapi sebesar apapun susahnya mereka dalam belajar, mereka tetap bisa riang gembira menjalani hari harinya. Mari kita belajar, bagaimana anak anak mampu berfikir sederhana dalam menyikapi segala hal. 
 
Mari belajar pula, bagaimana anak dengan mudah memaafkan kesalahan orang lain dan mudah menyelesaikan konflik. Pertengkaran sering terjadi antara anak anak, tetapi sesering pertengkaran itu terjadi sesering itu pula perdamaian antara mereka terjadi. Betapa ini sulit terjadi pada orang dewasa, kita begitu mudah memendam dendam dan benci kepada orang lain hanya karena masalah yang sepele dan sudah lama berlalu. 

Mendidik anak, mengenalkannya kepada Allah dan rasulNya merupakan tugas utama kita sebagai orang tua, tetapi di sisi lain dengan bersungguh sungguh mendidik anak sejatinya kita juga terdidik dengan anak kita sendiri. fa innal qorina bil muqorini muqtadi..selalu ada timbal balik di dunia ini, maka benarlah kata kata guru kami bahwa sebesar keinsyafanmu sebesar itu pula keuntunganmu. semakin kencang engkau melempar bola ketembok semakin kencang pula pantulan bola itu kedirimu. Wallahu A'lam bishowab...

Jumat, 07 Agustus 2020

Bermanfaat dan Tidak Menyusahkan

Ibnu Kholdun dalam Mukoddimahnya mengatakan bahwa manusia merupakan makhluk sosial, manusia tidak bisa hidup sendiri tanpa manusia yang lain, setiap orang akan membutuhkan orang lain untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. 

Kebutuhan manusia  terbagi menjadi 2, kebutuhan yang bersifat material dan kebutuhan yang bèrsifat spiritual. kebutuhan material sepèti sandang, pangan, maupun papan tidak akan mampu di cukupi sendirian. Misalnya, ketika kita mau makan nasi goreng, maka kita membutuhkan petani yang menanam padi, tengkulak yang mengumpulkan padi dari para petani, pedagang yang menjual beras, tukang selip yang mengubah gabah menjadi beras, selain itu kita juga masih membutuhkan orang orang yang membuat alat masak dan sebagainya.

Sedangkan kebutuhan spiritual, yang sepintas merupakan kebutuhan yang bersifat pribadi ternyata sebenarnya membutuhkan orang lain. Misalnya, Shodaqoh, hibah maupun Hadiah tidak akan diterima jika tidak ada orang lain yang menerimanya. Sholat berjamaah di beri pahala yang lebih banyak dari pada sholat munfaridan. selain itu, kita tidak akan mengetahui tentang tuntunan agama dan syariat tanpa para guru, dan ulama yang mengajarkan kepada kita, tanpa buku buku yang telah di tulis oleh para ulama itu kita mungkin tidak akan paham tentang alqur'an dan Al hadist, bahkan Alqur'an dan Al hadist itu sendiri ditulis oleh orang orang sebelum kita. maka kata kata Al insanu Madaniyyun Bi thob'i itu sangat benar adanya. 

Saya yakin para penikmat "Manga" alias komik akan tahu cerita Naruto. Bagaimana sengsaranya dia ketika tidak dianggap oleh masyarakatnya, yang mengakibatkan dirinya sering berbuat onar hanya untuk memancing perhatian orang lain. Bisa jadi ini merupakan gambaran dunia nyata. betapa banyak anak anak yang "nakal",  susah diatur, suka menjahili temannya ternyata adalah produk dari keluarga yang tidak "komplit" ataupu kelurga yg broken home.  Kedua orang tua mereka sibuk bekerja, sehingga lupa maupun kurang dalam memberi perhatian kepada anaknya. 

Manusia adalah makhluk yang mulia. Manusia dikaruniai dengan panca indera, insting , Akal, hati dan juga diberi tuntunan Ilahi yaitu Agama. Dengan ke lima karunia itu manusia mampu mendominasi makhluk lain di dunia ini. maka jika kita ingat kata paman peter parker dalam serial spider men " kekuatan yang besar melahirkan tanggung jawab yang besar pula". Sudah pasti kita manusia mempunyai tanggung jawab di atas hewan, gunung, dan makhluk lain di dunia ini. 

Jika Manusia hanya berfikir tentang bagaimana cara dia dapat makan enak, punya rumah megah, mampu memakai pakaian dan hiasan yang mahal, kemudian punya keluarga yang bahagia dan sudah itu saja, itu berarti dià sama dengan hewan. Kambing misalnya, dia cukup bisa makan, minum, beranak kemudian mati. 
Salah satu yang bisa membedakan kita dengan hewan adalah tolong menolong.  hewan menolong kelompoknya hanya berdasarkan insting, sedangkan kita dengan akal dan hidayah agama mampu melakukan itu dengan niat dan cara yang lebih baik.  Ketika kita mampu berguna untuk keluarga dan masyarakat berarti nilai kita akan meningkat sebanyak dan sebesar kegunaan kita itu.  Kenapa Presiden begitu di hormati ? itu karena dia berguna untuk satu negara. Gubenur, Bupati mendapat perlakuan yang sama karena mereka berguna untuk satu provinsi dan kabupaten. Dan berguna bukan masalah jabatan tetapi berguna adalah masalah perbuatan. Bisa jadi seorang rakyat biasa lebih bermannfaat daripada bejabat jika dia mampu berbuat yang lebih besar, lebih ikhlas dan lebih bermanfaat dari pada pejabat tersebut. Inilah mungkin maksud dari pada syiir " Annasu alfu minhum ka wahid, wa wahid minhum  ka alfin in amrun 'ana" . 

Semakin bermanfaat seseorang untuk orang lain semakin baik dan mulya orang itu. sehingga rasul pun memberi arahan untuk kita bahwa manusia yang paling baik adalah manusia yang paling bermanfaat, " khairun nasi anfauhum linnas". Menyingkirkan paku dari jalan, menyapu mesjid sebelum sholat, membagi makanan ke tetangga, memuji orang lain merupakan hal hal yang memberi manfaat orang lain yang sering kita lupakan.

Jika kita tidak mampu memberi manfaat untuk orang lain, minimal kita harus mampu untuk tidak menggangu orang lain. Mari  menjaga lidah untuk tidak mengejek, membuly, menghina maupun mengolok ngolok orang . Selain itu mari menjaga agar perbuatan kita tidak mengganggu maupun menyakiti orang lain.  semakin kita bisa menghindari untuk tidak menyulitkan dan melukai orang lain semakin kita menjadi makhluk yang lebih baik. Semakin nyaman orang lain di sekitar kita dengan kita semakin kita mulia diri kita. Al muslimu man salima muslimunal akhor min lisanihi wa yadihi. Wallahu A'lamu bishowab.

Pilihan

Judul ini memang merujuk ke hawa panas yg sedang dirasakan sebagian besar kita ya, hawa panas yg mulai menyebar karena akan ada ...