Gelak Tawa Anak Anak di Mesjid
Masjid merupakan tempat ibadah kamu muslimin. Tempat yang disucikan
oleh semua umat islam, bahkan dalam ajaran agama islam sendiri, masjid
menempati maqom atau kedudukan yang tinggi.Selain sebagai tempat ibadah, mesjid
juga berfungsi sebagai tempat berkumpul, bersosialisasi, dan tempat untuk
memutuskan berbagai masalah yang ada dimasyarakat mesjid itu sendiri.
Bahkan dalam kitab suci Al – Qur’an
di terangkan tentang keutamaan memakmurkan mesjid yaitu sebagai tanda ke
imanan seseorang ;
{مَا كَانَ لِلْمُشْرِكِينَ أَنْ يَعْمُرُوا
مَسَاجِدَ اللَّهِ شَاهِدِينَ عَلَى أَنْفُسِهِمْ بِالْكُفْرِ أُولَئِكَ حَبِطَتْ
أَعْمَالُهُمْ وَفِي النَّارِ هُمْ خَالِدُونَ. إِنَّمَا يَعْمُرُ مَسَاجِدَ
اللَّهِ مَنْ آمَنَ بِاللَّهِ وَالْيَوْمِ الآخِرِ وَأَقَامَ الصَّلاةَ وَآتَى
الزَّكَاةَ وَلَمْ يَخْشَ إِلا اللَّهَ فَعَسَى أُولَئِكَ أَنْ يَكُونُوا مِنَ
الْمُهْتَدِينَ}
“Hanyalah yang memakmurkan masjid-masjid Allah ialah orang-orang
yang beriman kepada Allah dan hari kemudian, serta tetap mendirikan shalat,
menunaikan zakat dan tidak takut (kepada siapapun) selain Allah, maka merekalah
yang termasuk golongan orang-orang yang selalu mendapat petunjuk (dari Allah
Ta’ala)” (QS At-Taubah: 18).
Imam Al – Qurthubi mengatakan bahwa ayat diatas menjadi dalil bahwa
orang orang yang mengaitkan perbuatan memakmurkan masjid dengan kwalitas
keimanan itu benar.
Selain itu di hadist yang diriwayatkan oleh Abu Hurairah ra yang
ada di kitab Shohih Al – Bukhari no 620 dan Shahih Muslim no 1712, bahwa nabi besar
nabi Muhammad SAW bersabda : “ ada tujuh golongan manusia yang akan dinaungi
oleh Allah dalam naunganNya pada hari yang tidak ada naungan kecuali naungan
Nya; pemimpin yang adil, dan Pemuda yang tumbuh diatas kebiasaan Ibadah kepada
Allah, dan lelaki yang hatinya terpaut dengan masjid, dan dua orang yang saling
mencintai karena Allah, berkumpul dan berpisah karenaNya, dan lelaki yang
diajak berzina oleh seorang wanita yang berkedudukan serta cantik, maka dia
berkata sesungguhnya aku takut pada Allah, dan lelaki yang bersedekah sembunyi
sembunyi hingga tangan kirinya tidak mengetahui apa yang di infakkan tangan
kanannya, dan orang yang berdzikir kepada Allah dalam keadaan sendiri hingga
kedua matanya basah menangis”.
Mungkin inilah yang melatar belakangi guru guru kita atau lebih
tepatnya orang orang tua zaman dahulu membiarkan mesjid menjadi tempat bermain
dan bercengkrama anak anak kecil. Masih ingat dalam ingatan, bagaimana masa
kecil kami. Hampir tiap sore kami bermain petak umpet, baksodor, gecrik dan
permainan lainya di halaman bahkan kami bermain di dalam masjid. Itu berlanjut sampai
magrib, mengaji lalu diteruskan sholat isak kemudian kami pulang bersama ayah
ibu yang pulang sholat isak berjama’ah tanpa mendengar marahan, bentakan atupun
anyaman dari ta’mir masjid.
Selain itu hampir tiap hari ahad pagi, kami bermain dimesjid /
mushola kemudian membersihkan dan mengepelnya sambil bermain air didalam maupun
di serambi masjid. Dan para orang tua yang melihat hanya tersenyum sambil
bilang hati hati dan bilang jangan lupa isi tempat air wudhu.
Sehingga pada masa itu para anak kecil ( kami) merasa aman dan
nyaman di mesjid. kami nyaman bermain, nyaman mengaji, dan nyaman pula kami
tidur di mesjid, sampai didaerah kami terjadi sebuah anggapan bahwa anak laki
laki yang sudah lulus SD dan belum pernah tidur di mesjid or di mushola
dianggap “anak mama”.
Di waktu menjelang magrib atau jam setengah lima sore ( sholat asar
berjama’ah pada waktu itu dilaksankan sehabis orang orang pulang dari sawah
atau kebun ) kami saling berlomba untuk dulu duluan ke mesjid, berebutan
melantunkan Adzan dan membaca pujian sambil menunggu imam memulai sholat jama’ah.
Walaupun kadang ada beberapa dari kami yang salah dalam melantunkan
Adzan atau rame ketika sholat berjamah (maklum masih anak – anak) para orang
tua tidak berlebihan dalam memarahi atau menceramahi kami.
Ini semua membuat kami termotivasi untuk terus hidup dekat dan bersinggungan
dengan mesjid atau mushola. Dan ternyata kebiasaan itu terjaga sampai sekarang,
saya mengamati temen temen saya yang senang di mesjid ketika kecil ternyata
sekarang, setelah berkeluarga dan pindah
di beberapa tempat sebagian besar tetep aktif dalam kegiatan mesjid/ mushola.
Sekarang.mari kita lihat mesjid atau mushola sekitar kita. walaupu
tidak semua, tetapi rata rata mesjid atau mushola sekarang tidak ramah dengan
anak anak. Anak anak menjadi makhluk yang sering / harus dihindarkan dari
mesjid atau mushola.
Masih menjadi kebiasaan di mesjid dekat rumah saya sekarang, sang imam yang dituakan di mesjid akan
berbicara sebelum dimulainya sholat taraweh di awal malam romadhon, beliau
menerangkan tentang bahayanya anak anak kalau diajak kemesjid untuk sholat
taraweh, dari alasan untuk menjaga kekhusu’an orang yang sholat sampai untuk
menjaga kesucian masjid.
Jika alasan agar para orang tua itu bisa khusu’ dalam ibadah
taraweh. Maaf saya mau nanya, apakah mereka akan sholat sampai lupa dunia
seisinya ? apakah mereka sholat seperti para sahabat yg karena khusu’nya sampai
kena panah aja tidak terasa ? apakah kekhusu’an sholat mereka bisa melampau
khusu’nya atau bagusnya sholat nya iman Ali bin Abi Thalib RA ? bahkan imam ali
sendiripun ketika di tes oleh nabi Muhammad SAW
imam ali gagal.
Saya kira jawabanya tidak. Terus mengapa mengorbankan penerus kita
jauh dari agama/ masjid hanya demi ambisi kita (khusu’) yang tidak kita peroleh
?.
Nabi Muhammad SAW, Sering kita mendengar dan membaca dari berbagai
riwayat, bahwa beliau membiarkan hasan husen bermain dengan beliau bahkan
ketika beliau sedang mengimami sholat.
Kalau alasannya adalah menjaga kesucian mesjid dari najis yang
diakibatkan anak anak yg bisa aja kencing atau lainnya di mesjid. Maka kita
harus ingat bahwa najis mudah untuk dihilangkan, tetapi bentakan, hardikan,
aroma marah dan di persalahkan yang masuk dalam hati dan fikiran anak jauh
lebih susah dihilangkan.
Saya yakin pembaca juga masih ingat cerita ketika ada arab badui
yang kencing di mesjid, para sahabat marah dan mau memperingatkan sang arab
badui itu, tetapi Nabi Muhammad SAW melarang dan membiarkan sang arab badui
selesai kemudian berbicara dengan lemah lembut dan baik. Bukankah ini bisa
diartikan bahwa membersihkan mesjid dari najis itu mudah, tapi sakit hati susah
dihilangkan.
Di riwayat yang lain, Nabi Muhammad SAW pernah menggendong anak
kecil bani anshor, kemudian sang anak
itu kencing di baju Nabi Muhammad SAW, seketika itu pula sang ibu merenggut
sang anak dengan cepat. Apa kata nabi,,,,,? Apa beliau marah....? beliau malah
mengatakan pada sang ibu, air kencing dibajuku akan hilang dengan mudah dengan
di basuh, tetapi renggutan kasar mu pada anakmu akan terus diingat oleh sang
anak .
Anak anak adalah penerus kita dalam mengibarkan dan menyiarkan
Tauhid di dunia ini. Anak bisa menjadi amal sholeh bagi kita, tapi juga bisa
menjadi amal sayyiah bagi kita. Tergantung bagaimana kita mendidik atau
membiasannya.
Kalau anak tidak merasa aman, dan nyaman dimesjid maka anak akan
tanpa sadar menjauhi mesjid. Kalau anak tidak bercengkrama di mesjid maka anak
akan mencari tempat bercengkarama yg lain. Yang mana anak bisa merasa nyaman.
Jangan salahkan anak sekarang yang lebih suka nongkrong di warung
kopi dari pada ngaji mesjid.
Jangan salahkan anak sekarang yang lebih suka menghabiskan waktu
ngobrol di perempatan atau pinggir jalan dari pada duduk duduk di serambi
masjid.
Jangan salahkan anak
sekarangyang lebih suka membaca medsos di warung wi fi dari pada membaca
Alqur’an.
Itu terjadi karena kita membuat mesjid jauh dari mereka, kita
membuat mesjid menjadi tempat horor bagi mereka. Masjid menjadi tempat yang
menakutkan, dimana mereka bisa dibentak hanya karena lari lari, mereka bisa
dimarahi hanya karena mereka memukul bedug, tempat dimana mereka diteriaki
neraka hanya karena mereka belum tahu pentingnya dan artinya alqur’an lalu mereka merobekkannnya tanpa
sengaja.
Selain ta’mir yang over protektif atas kebersihan dan ketenangan
masjid, orang tua jga ikut andil untuk tidak mengenalkan masjid kepada anak.
Kita lebih suka tidak membawa anak kemesjid untuk menghindari perdebatan dengan
ta’mir. Kita begitu mudah mengajak anak ke pesta pernikahan, ke pasar, ke toko
toko. Tapi kita berat untuk mengajak anak untuk sholat berjama’ah di mesjid.
Salah satu amal jariah yang terus mengalir pahalanya walaupun
pelakunya udah meninggal adalah anak yang sholeh, tapi gimana mau sholeh kalau
hati mereka jauh dari mesjid, bahaimana bisa cinta dan merindukan mesjid jika
anak kita tidak merasa aman dan nyaman di mesjid.
Mari menjadikan anak anak kita anak sholeh sehingga menjadi amal
jariah kita , yang selalu mendoakan kita ketika kita udah di alam barzah.
Dengan cara mendekatkan mereka dengan mesjid. Mari menjadikan anak anak kita
masuk golongan orang orang yg dapat naungan Allah di hari kiamat. Mari membuat
mesjid tempat yang ramah anak . Mari kita kembalikan suara gelak tawa anak anak
di mesjid.