Sabtu, 08 Agustus 2020

Mengajar, Belajar Bersama dan Dari Anak

Mengajar Anak, belajar Bersama Anak dan Belajar dari Anak. 
Keadaan pandemi yang melanda kita sekarang ini memaksa sebagian besar orang tua untuk terus dirumah dan berinteraksi 24 jam dengan anak anaknya. Ini ditambah dengan kebijakan pembelajaran daring yang diterapkan oleh mas menteri pendidikan dan kebudayaan Nadiem Makarim membuat orang tua yang biasanya acuh tak acuh dalam pendidikan anaknya dipaksa untuk mendampingi bahkan "mengerjakan" beberapa tugas sekolah anaknya. 

Banyak yang mengeluh merasa keberatan bahkan adapula yang sampai marah marah mengumpat para guru lewat media sosial karena merasa keberatan dengan tambahan "pekerjaan" hadiah dari pembelajaran daring ini. 

Tetapi jika kita mau jujur, dan berfikir jernih, bukankah mereka anak kita ? darah daging kita ? penerus cita cita kita ? terus mengapa kita keberatan untuk mendidiknya ? mari kita pikir bersama sama dengan tenang, di akhirat nanti yang akan ditanya tentang akhlak, kebiasaan, dan pendidikan anak untuk pertama kali,  kita atau guru gurunya ? apalagi jika kita mengingat hadist tentang amalan yang terus berlanjut walaupun pelakunya sudah meninggal, apakah redaksinya " tilmidhun sholihun   yad'u lahu " atau waladun sholihun yad'u lahu" ( murid sholeh yang mendoakan gurunya atau anak sholeh yang mendoakan gurunya)? 

Kira kira, jika suatu saat anak kita sukses di kehidupannya kelak, yang dipuji dahulu gurunya apa orang tuanya ? kebalikanya, jika "naudhubillah" anak kita berbuat tidak baik ataupun gagal dalam kehidupannya, yang pèrtama kali sedih siapa, kita atau gurunya ?  jadi kenapa kita keberatan untuk mendidik dan mendampinginya ? 

Bukankah pandemi ini merupakan kesempatan bagi kita untuk menanamkan cita cita, ideologi dan kebiasan kita kepada mereka tanpa intervensi dari orang lain. Sebagai orang tua yang akan dimintai tanggung jawab nanti di akhirat, mari kita melihat dan merenungi, apakah bacaan Alfatihah anak kita hasil didikan gurunya atau hasil pengajaran kita ? Apakah bacaan dan gerakan sholat anak kita didapat dari kita atau jariah gurunya ? Mari bertanya pada diri sendiri, apakah anak mengenal Allah dan RasulNya dari kita ? Jangan sampai kita yang menghidupi anak kita, kita yang bekerja keras untuk kesuksesanya, tetapi hal hal urgent yang harus dia kuasahi malah hasil didikan gurunya bukan kita...jangan sampai amal jariah sholat anak kita mengalir hanya untuk gurunya,,,karena kita tidak pernah mengajari nya sholat.
Sebenarnya, kita bisa belajar banyak dari pendampingan kita kepada mereka. jika kita punya anak yang baru belajar berjalan, lihatlah betapa kerja keras si imut ini dalam berlatih berjalan, betapa dia tidak kenal menyerah untuk menggapai tujuannya "berjalan". Jatuh bangun dia alami dalam berlatih berjalan, jatuh menangis, tapi sekejab kemudian dia mencoba lagi, terbentur tembok ataupun kursi yang membuat dia menangis, tapi sebentar kemudian dia sudah mencoba lagi.


Jika kita mempunyai anak yang diusia RA dan sedang belajar membaca dan menulis, lihatlah bagaimana susah payahnya dia mencoba mengeja suatu kata, atau raut muka penuh isykal ketika berusaha membedakan lafad "f" dengan "v" atau sulitnya dia membedakan mana yang "b" dan mana yang "d". Tetapi sebesar apapun susahnya mereka dalam belajar, mereka tetap bisa riang gembira menjalani hari harinya. Mari kita belajar, bagaimana anak anak mampu berfikir sederhana dalam menyikapi segala hal. 
 
Mari belajar pula, bagaimana anak dengan mudah memaafkan kesalahan orang lain dan mudah menyelesaikan konflik. Pertengkaran sering terjadi antara anak anak, tetapi sesering pertengkaran itu terjadi sesering itu pula perdamaian antara mereka terjadi. Betapa ini sulit terjadi pada orang dewasa, kita begitu mudah memendam dendam dan benci kepada orang lain hanya karena masalah yang sepele dan sudah lama berlalu. 

Mendidik anak, mengenalkannya kepada Allah dan rasulNya merupakan tugas utama kita sebagai orang tua, tetapi di sisi lain dengan bersungguh sungguh mendidik anak sejatinya kita juga terdidik dengan anak kita sendiri. fa innal qorina bil muqorini muqtadi..selalu ada timbal balik di dunia ini, maka benarlah kata kata guru kami bahwa sebesar keinsyafanmu sebesar itu pula keuntunganmu. semakin kencang engkau melempar bola ketembok semakin kencang pula pantulan bola itu kedirimu. Wallahu A'lam bishowab...

1 komentar:

Posting Komentar

Pilihan

Judul ini memang merujuk ke hawa panas yg sedang dirasakan sebagian besar kita ya, hawa panas yg mulai menyebar karena akan ada ...