Selasa, 22 September 2020

Wassalam

selamat malam menjelang pagi,,,,, saat ini saya kok masih kepikiran tentang kebetulan dan keberuntungan yan pernah saya bahas kemarin,  pada kali ini saya mau memberikan sebua cerita tentang "keberuntungan" yang gagal. kenapa gagal ? ya karena yang mendapatkannya tidak punya kecakapan dan kemampuan, sehingga kejadian yang seharusnya bisa menjadi kesempatan emas atau kita sebut sebagai keberuntungan, berubah menjadi "musibah". 


Ini tentang teman saya, lebih tepatnya adik kelas saya ketika masih mengenyam pendidikan di pondok. Beliau mendapati suatu keadaan yang seharusnya menjadi awal dari keberuntungannya, tetapi karena kurang siap mendapatkan "keberuntungan" ini, maka keadaan itu berubah menjadi cerita yang cukup membuat dia tersenyum malu ketika mengingat nya. 


Di pondok kami dulu, setiap siswa akan di tempatkan di rayon rayon di sesuaikan dengan besar kecilnya siswa tersebut, tiap rayon terdiri dari 4  sampai 5 kamar.  tiap kamar akan di bimbing oleh 2 kakak senior. Kami akan sholat berjama'ah di mesjid jami' hanya untuk sholat magrib dan sholat jum'at. Sedangkan sholat yang lain, kami kerjakan berjama'ah di kamar kami masing masing. Santri  yang wajib berjama'ah di mesjid selama 5 waktu adalah kakak kakak senior yang bukan pembimbing kamar/rayon. 


Ini bertujuan agar kami yang masih yunior punya kesempatan untuk menjadi imam. Biasanya imam, dan muadzin perkamar akan di jadwal sedemikian rupa sehingga tiap anak akan mendapat giliran untuk jadi imam seminggu sekali. Dan setiap anak yang mendapat giliran untuk menjadi imam, dia harus menghadap kakak senior pembimbing kamar untuk di tes bacaan sholatnya sekaligus doanya.  Kami menyebut ini dengan istilah Tajadud. jadi ini adalah sarana yang pas untuk mengecek sholat kami sekaligus sebagai wahana belajar menjadi imam sholat dengan benar. 


Tetapi entah gimana caranya, teman saya ini pernah bilang bahwa dia sangat jarang menjadi imam sholat di kamar. Bahkan dia mengaku menjadi imam sholat di kamar hanya 2 kali saja dalam setahun. kok bisa ya.....?  


Akhirnya kejadian yang menyadarkan dirinya datang. Ketika kami mengabdi di suatu pondok diluar jawa, tepatnya di sulawesi tengggara. kami sering berhubungan dengan warga sekitar dalam banyak kegiatan.  nah.......pada waktu itu ada kegiatan di kecamatan. saya ber 4 termasuk adik kelas saya ini di beri tugas menjaga sound system dll di kantor kecamatan. Setelah selesai acara yang memakan waktu 2 setengah jam an, kami pun segera merapikan peralatan dan sound system yang kami bawa dari pondok untuk segera di bawa pulang kembali. 


Disaat yang bersamaan, bapak camat dan jajarannya sedang berkumpul di aula kecamatan, kayaknya mau syukuran tentang suatu hal. Kalau bahasa orang jawanya genduri  ya....... 


Kami sendiri sibuk mengangkati barang barang ke mobil pick up pondok. Karena tidak cukup, akhirnya kami putuskan untuk mengangkut barang barang tadi dua kali bolak balik. Adik kelas saya ini, kami tinggal di kantor kecamatan Mowila ini untuk jaga barang, sedangkan kami bertiga berangkat membawa barang. 


Ketika kami sampai kembali ke kantor kecamatan Mowila ini, kami mendengar bacaan doa yang agak bergetar,  yang suaranya tidak lah asing, kami segera sadar bahwa yang membaca doa adalah si adik kelas saya ini.  

Ternyata ketika kami membawa sound system ke pondok, pak camat keluar dari kantor dan mencari kami untuk di ajak kenduri (ikut syukuran) sekaligus untuk di minta membaca doa.( biasala, tugas rutin anak pondok, kalau ketemu masyarakat hehehe)  karena yang ada tinggal temen saya ini, maka dia lah yang di suruh membaca doa. 


Tidak ada yang salah dari bacaan doa temen saya ini selain suara yang agak bergetar, hingga sampai di akhir doa.  Biasanya kita akan membaca di penutup doa kita dengan bacaan Alhamdulillahi robbil alamin...

 Tetapi temen saya ini, entah  karena pingin segera cepet pulang,  atau grogi di malah berkata " robbana atina fidunnya kasanah wafil akhirati hasanah wa qina ada bannar....wassalamu alaikum warohmatullahi wabarokatuh". serentah pak camat dan jajaranya membalas " wa alaikum salam warohmatullahi wabarokatuh" sambil mengusap wajah  dengan kedua tangan dan tidak mengucapkan amin.....

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Pilihan

Judul ini memang merujuk ke hawa panas yg sedang dirasakan sebagian besar kita ya, hawa panas yg mulai menyebar karena akan ada ...