Nasehat guru terhadap murid muridnya
InsyaAllah mulai
hari ini, Kami mencoba menerjemahkan dengan terjemahan bebas, jadi setengah
penafsiran kami tentang kitab Washoya Aba lil Abna i, atau Addurus Al - Awwaliyah fi Al - Akhlak Al - Mardhiyah. Buku
ini merupakan karangan dari ulama besar
dari Iskandariya yang bernama Muhammad Syakir.
Pada hari ini kami
membahas bab yang pertama yaitu nasehat guru terhadap murid muridnya, ini ada
beberapa point ;
Yang Pertama sang
guru memulai nasehatnya dengan mendoakan sang murid agar selalu di posisikan
dengan perbuatan perbuatan yang baik. Dan guru mengatakan bahwa dia menganggap
muridnya adalah anaknya. Maka sebagaimana sang ayah akan selalu mengharapkan
anaknya sehat badannya, cerdas akalnya, bersih hatinya, berakhlak, menjaga adab
sopan santun, menjauhi dari perkataan kotor, halus perangainya, disukai oleh
sesamanya, menyanyangi fakir, membantu yang lemah, mudah memaafkan kesalahan –
kesalahan dan tidak meninggalan serta meremehkan ibadah kepada Allah.
Point yang kedua,
sang guru mengatakan bahwa guru (dia) adalah orang yang paling berhak untuk
diterima nasehatnya karena guru adalah pengajarnya, ustadznya, dan pembimbing
ruhnya, dan mengatakan bahwa guru adalah orang yg paling berusaha untuk
kebaikanmu dan kesuksesannmu maka terima dan amalkan nasehat gurumu ketika
bersamanya atau ketika jauh darinya. Dan jika kau tidak mengamalkan nasehat
gurumu ketika sendiri maka semakin tidak kau amalkan ketika bersama teman
temanmu.
Bahkan dikatakan
bahwa jika sang murid tidak mau menjadikan guru sebagai panutan maka buat apa
belajar kepada sang guru itu ? dan dilanjutkan bahwa guru tidak menyukai murinya
kecuali yang ber adab, maka apakah kamu mau tidak dapat ridho dari gurumu ? atau
kamu mau gurumu mengacuhkanmu ?
Sesungguhnya
gurumu hanya mengingikan kebaikan untukmu, maka bantulah usaha gurumu dengan
taat dan menuruti perintahnya .
Point yang ketiga
dari bab pertama ini adalah; Bahwa akhlak yang baik merupakan hiasan manusia
untuk dirinya sendiri, temen temenya dan keluarganya. Maka jadilah orang yang
berakhlak mulia maka manusia akan
menyukaimu dan menghormatimu.
Jika kamu tidak
menghiasi ilmumu dengan akhlak yang baik maka ilmumu akan lebih berbahaya
bagimu daripada kebodohanmu. Karena orang yang bodoh akan dimaafkan karena
kebodohannya, sebaliknya tidak ada maaf bagi orang yang berilmu jika tidak
beradab dengan baik.
Selanjunya sang guru mengatakan bahwa ; janganlah sang murid bersandar atas penjagaan
dari sang guru, karena penjagaanya atas dirinya sendiri lebih baik dan lebih
bermanfaat baginya.
Terakhir di bab
ini sang pengarang mengutip sebuah hadist Rasulillah SAW yang berbunyi :
إِنَّ اللهَ إِسْتَخْلَصَ هَذَا الدِّيْنَ لِنَفْسِهِ وَلاَ يَصْلُحُ
لِدِيْنِكُمْ إِلَّاالسَّخَاءُ وَ حُسْنُ اْلخُلُقِ أَلَا فَزَيِّنُوْا دِيْنَكُمْ
بِهِمَا (رواه الطبراني عن عمرابن حصين حديث ضعيف )
“Sesunggunya Allah sudah mengikhlaskan agama ini untuk diriNya dan
tidak pas untuk agamamu kecuali sikap dermawan dan akhlak yang baik maka
hiasilah dirimu dengan dua hal ini” (HR
Imam Tobroni, Hasist dhoif
4 komentar:
Menarik.
Top pak endro....
masih belajar.......masih sangat butuh bantuan dan bimbingan antum semua
Thanks infonya. Oiya, saya juga nemu artikel keren nih yang ngebahas tentang sederet nasihat karier dan keuangan dari sosok ayah yang luar biasa. Simak di sini ya: Wah, nasihat dari sosok ayah ini bisa bikin kamu sukses, simak baik-baik!
Posting Komentar