Jumat, 24 Juli 2020

Pembelajaran Daring. guru makan gaji buta ?



Sore hari ketika aku duduk depan rumah sambil mengamati dan menemani anak keduàku bermain di halaman, datanglah beberapa tetangga yang nimbrung nyantai depan rumah, maklum rumakku menghadap ke selatan dan punya halaman yang cukup luas serta ada pohon nangkanya sehingga enak buat santai santai. 

Kami pun ngobrol ngalor ngidul mulai dari masalah ekonomi keluarga sampai masalah pola tingkah anak anak  dalam pembelajaran daring. Disela sela obrolan kami itulah,tecetuslah sebuah ungkapan dari tetangga saya bahwa guru guru sekarang ini enak, karena mendapat "gaji buta", tinggal ngasih tugas ke siswa lalu leha leha di rumah.

Jujur saja, saya agak tergelitik mendengar langsung ungkapan seperti ini, walaupun sebenarnya di media sosial sudah sering menemui ungkapan ungkapan semacam ini. apa benar ungkapan ini ?

Mari kita bahas perlahan lahan.....pertama, benarkah kewajiban guru sekarang tinggal ngasih tugas kesiswa ? saya yakin yang bilang seperti ini tidak pernah mengecek pembelajaran anaknya...kewajiban guru bukan hanya memberi tugas, walaupun pembelajaran dilakukan tanpa tatap muka langsung, guru tetap harus memberi pengajaran / penjelasan kepada siswa. ini bentuknya macam macam,  bisa dengan memberi rangkuman yang ditulis di media daringnya itu, bisa dengan power point materi pembelajaran, bisa dengan membuat video pembelajaran ataupun dengan mencarikan video video yang sesuai dengan materi yang dipelajari. dan ini lebih sulit daripada mengajar dengan tatap muka langsung. Guru pun tetap harus mengetahui kadar pemahaman siswa dalam menguasahi materi pelajaran. dan di daring itu lebih sulit dalam mengukurnya, kalau tatap muka langsung, guru dengan mudah bisa tanya jawab sambil melihat kesiswa langsung. Tetapi di pembelajaran daring ini tidak bisa dikerjakan, kaalau di buat tanya jawab, guru tidak tahu siswa menjawab dengan melihat catatan atau tidak, sehingga dipembelajaran  daring guru harus membuat sistem pengukuran pemahaman siswa yang berbeda. sehingga kadang kadang guru meminta siswa membuat video, memfhoto hasil pekerjaannya ataupun ketika mengerjakan suatu tugas dan sebagainya. 

Kedua, kita pernah lihat di media sosial seorang ibu  marah marah karena anaknya banyak menghabiskan kuota internet gara gara tugas pembelajaran daring. Maka coba kita pikir, apakah guru tidak banyak menghabiskan kuota internet juga ?  kalau siswa harus mendownload video atau melihat video, atau juga harus mendownload dokumen dll dalam pembelajaran daring, paling untuk satu kali  pembelajaran mereka cuma 2 kali saja, satu mendownload dari kiriman gurunya kedua mengirim tugas keguru ( jika ada tugas ) . Tetapi soarang guru dalam satu kali pembelajaran harus mengupload video maupun dokumen, atau mengirimnya, kemudian menerima video maupun dokumen dari semua siswa jika memberi tugas. jika satu kelas berjumlah 25 siswa maka 25 video dalam satu kali pembelajaran, apakah itu tidak membutuhkan kuota internet ? 

Introspeksi Buat Orang Tua. 
Selama ini orangtua memasrahkan pendidikan anaknya ke madrasah /sekolah total, bahasa jawanys "pasrah bongko an", Tetapi tidak memberi madrasah/sekolah wewenang yang cukup dalam melaksanakan pendidikan.

Berapa banyak orang tua yang marah marah, dan tidak rela ketika gurunya menegakkan disiplin. betapa sering kita dengar orang tua lapor ke kepolisian ketika anaknya diberdirikan karena tidak mengerjakan tugas, anaknya di suruh lari keliling lapangan ketika melanggar peraturan. dengan alasan mereka orang tua aja tidak pernah menghukum anaknya sendiri. Tetapi sebaliknya mereka akan protes, meminta tanggung jawab madrasah ketika anaknya tidak lolos masuk sekolah lanjutan, ketika anaknya tidak sepintar teman temannya.

Sekarang, ketika siswa tidak bisa belajar di madrasah/sekolah, 24 jam beraktifitas dirumah, banyak yang marah marah lagi, katanya sekolah g' ada gunannya, tugas yang dikasih gurunya terlalu sulit sehingga mereka tidak bisa membantu mengerjakan, yang ujung ujungnya berengkar dengan anaknya sendiri, ( padahal kalau mau jujur, berapa persen orang tua yang menguasahi semua pelajaran sekolah/madrasah?, jangan jangan bukan tugasnya yang terlalu sulit, tapi orang tuanya yang tidak bisa mengerjakan).

Banyak juga yang bingung, anaknya tidak mau belajar, main game, melihat tv, atau bermain terus  menerus menerus.  maka bolehkah jika saya  bertanya,,,,itu bapak ibu cuma mengurusi satu anak ? gimana kalau satu kelas ? satu sekolahan ? 

Kita terlalu mudah menyalahkann guru atau sekolah dalam banyak hal. anak bertengkar dengan temannya kita menyalahkan gurunya, kita berkata "guru kurang dalam pengawasan". anak bermasalah dalam satu atau dua pelajaran, kita katakan "gurunya  kurang baik dalaam mengajar". anak dihukum oleh gurunya, kita dengan entengnya bilang, "gurunya kurang sabar". ketika ada guru yang bilang anak kita nakal, suka menggangu temannya, kita bilang, "guru tidak bisa memahami psikologi anak" ....nah sekarang Allah membuat anak kita 24 jam dirumah, agar kita merasakan gimana susahnya menngajar dan mendidik anak........

Apakah sekarang kita bisa berkata untuk diri kita sendiri, "kita kurang sabar" , " kita kurang baik", " kita tidak memahami psikologi anak" ? 

Pembelajaran Daring adalah hal baru bagi kita terutama yang tinggal di kota kota kecil apalagi pedesaan seperti saya, tetapi pembelajaran daring bisa jadi cara Allah untuk membuat kita intrispeksi bahwa pendidikan anak bukan saja tugas dan kewajiban guru saja, tetapi merupakan tugas utamanya orang tua. Harusnya kita sebagai orang tua bersyukur, selama ini ada guru, kyai, para ustadz yang membantu kita dalam mendidik anak anak kita, sehingga kita bisa mencari riski dengan tenang. Wallahu a'lamu bis showab......

1 komentar:

Komsiyah611 mengatakan...

Ujian kesabaran untuk guru, mudah dan sulit dalam penilaian itu tergantung sudut pandang,orang jawa sawang sinawang. Smoga yg jadi guru sabar dan orangtua ya nyadari.

Posting Komentar

Pilihan

Judul ini memang merujuk ke hawa panas yg sedang dirasakan sebagian besar kita ya, hawa panas yg mulai menyebar karena akan ada ...