Senin, 21 September 2020

Kebetulan dan Keberuntungan bukanlah suatu hal yang murni

Sering kita dengar perkataan tentang kebetulan dan keberuntungan. saya bisa kuliah ini karena keberuntungan dan kebetulan, dulu saya merasa kuliah adalah hal yang mustahil bagi saya, karena kemampuan ekonomi keluarga, jadi saya sehabis lulus SMA langsung mencari pekerjaan di sebuah perusahaan toko ritel yang cukup ternama di indonesia, setelah melalui tes, saya beruntung di terima, kemudian sehabis satu tahun masa kerja pertama saya di tawari untuk kuliah dengan di biayai perusahaan, jadilah saya beruntung bisa kuliah dan lulus sarjana. 


Kalimat diatas sering kita dengar, dengan berbagai versi yang berbeda. Entah karena tawadu' ataupun takut di bilang sombong, banyak orang bersembunyi di belakang kata "kebetulan" maupun "keberuntungan" untuk menceritakan kisah suksesnya. 


Padahal secara tauhid kata kata "kebetulan" adalah suatu "cacat" dalam akidah. kalau kita terlalu yakin dengan kata kebetulan, maka seakan akan kita merasa Allah SWT tidak mempunyai sifat maha mengetahui dan maha mengatur. Karena mengakui kebetulan artinya ada sesuatu yang tidak disengaja terjadi, padahal semua yang terjadi itu atas kehendak dan kekuasaan Allah SWT. 

Ini hampir sama dengan pemahaman para ahli filsafat yunani, mereka mengatakan bahwa tuhan hanya mengatur hal hal yang global, sedangkan hal hal yang detil tidak diatur oleh tuhan. Hampir sama juga dengan pemahman kaum Mu'tazilah, salah satu firqoh tertua dalam ilmu kalam ini juga berpendapat bahwa Allah hanya mengatur hal hal yang global, sedangkan yang detil diserahkan kepada irodah nya manusia sendiri, yang akhirnya membuat kekacauan dalam pemikiran mereka tentang ahlu kabair yang muslim, sehingga munculah konsep al manzilah baina manzilataini....

waduh....kok jadi agak berat ya tulisan ini..... insyaAllah kita yang sering bikang kebetulan dan yang mendengar itu,,,,g'akan serumit dan sedalam ini lah dalam menafsiri kebetulan dan keberuntungan....iya to....? 

Kembali ke masalah cerita kebetulan dan leberuntungan. Selain masalah tauhid yang njlimet tadi, kata kebetulan dan keberuntungan tidak akan muncul, jika orang yang merasa beruntung itu, maupun orang yang tidak sengaja mendapatkan kebaikan itu tidak punya kwalitas yang cukup unyuk mendapatkan kebaikan yang datang. 


Contoh...teman saya pernah berkata bahwa dia beruntung, karena pada waktu PPL di suatu pondok diluar jawa, ada sebuah kompetisi pidato menggunakan bahasa arab dan inggris, padahal guru yang biasa mengurusi lomba tersebut sedang izin untuk acara keluarga, sehingga dia yang baru datang langsung diserahi tugas untuk memilih dan membimbing siswa dalam mengikuti perlombaan pidato 2 bahasa tersebut. Kebetulan ataupun keberuntungan, siswa yang dia bimbing menjuari lomba pidato bahasa Arab. Sehingga setelah PPL selesai, Direktur KMI pondok tersebut, meminta dia untuk meneruskan menjadi ustadz di pondok itu, sampai sekarang.


Coba dianalisa,,,,jika teman saya yang tadi, ketika mendapati tugas untuk membimbing siswa dalam mengikuti perlombaan tidak punya skill bahasa arab maupun bahasa inggris, apa yang akan terjadi ? jika dia tidak mempunyai kemampuan dalam memotivasi dan membina siswa dalam pidato bahasa arab maupun inggris apa yang akan terjadi ?  apakah dia akan berkata ini sebuah keberuntungan ? saya yakin jawabannya tidak...bahkan mungkin dia akan kalang kabut, bingung setengah mati. 

Contoh yang lain,,satu pekan setelah pulang dari pondok,,saya dapat undangan akikahan dari tetangga. saya pun datang seperti biasa, diluar perkiraan saya maupun para tetangga saya, kyai di dusun saya yang juga guru ngaji saya sebelum masuk pondok, berkata bahwa hari ini acara akikahannya yang biasanya membaca barjanzi dan tasmiyahan ditambah dengan mauidhoh hasanah, yang akan disampaikan oleh adik kita yang baru pulang dari pondok yaitu mas endro. bayangkan.....! kagetnya saya, ditodong didepan umum untuk ngaji di akikahan tanpa persiapan mental maupun materi. Setelah acara selesai, sang guru saya ini kemudian mencantumkan saya sebagai bagian dai giliran untuk yasinan ibu ibu dan yasinan anak muda. 

Jika seandainya, pada waktu itu saya tidak bisa bicara tentang akikahan ( walaupun sampai sekarang juga tidak bagus ngajinya) ataupun tidak siap mental bicara didepan umum, apa yang terjadi ? jelas akan malu sekali......

Ini membuktikan bahwa keberuntungan akan didapat jika kita mempunyai kwalitas yang baik. jadi jika ingin mendapatkan keberuntungan, maka yang harus kita kerjakan adalah terus belajar dan meningkatkan kwalitas diri.

Jangan terlau percaya kepada orang yang sering bilang dia sukses karena keberuntungan dan kebetulan. Karena itu bisa membuat kita  malas dalam menigkatkan kwalitas diri sendiri. 

Walaupun kalimat ini bisa juga digunakan oleh sang pengucap untuk mengurangi image sombong ketika berbicara tentang suatu kesuksesan.....Wallahu Alam bishowab. 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Pilihan

Judul ini memang merujuk ke hawa panas yg sedang dirasakan sebagian besar kita ya, hawa panas yg mulai menyebar karena akan ada ...