Sabtu, 30 Mei 2020

Corona dan Tauhid


Corona dan Tauhid

Suatu saat pada zaman umar bin khattab terjadi thoun/ wabah, kemudian Umar bin Khattab meninggalkan daerah yg terjadi thoun di dalamnya itu, sehingga beberapa shahabat mempertanyakan keputusan Umar tersebut, " lima tafirruna min qodhoi llahi ?" mengapa engkau lari dari takdir Allah ? maka sang khalifah kedua ini menjawab " ana afirru min qodhoillah ila qodho illah," saya lari dari taqdir Allah menuju ke takdir Allah "

Kalau kami boleh menafsir tentang qoul Umar bin Khattab ini maka, mungkin berarti  bahwa menghindar dari thoun/wabah maupun bencana merupakan hal yg di bolehkan, sehingga umar melakukan itu.

Memang dalam suatu hadist diterangkan bahwa jika terjadi thoun atau pandemi/wabah di suatu daerah, maka orang yg didalamnya tidak boleh meninggalkan daerah tersebut dan orang di luar daerah tersebut tidak boleh masuk. sehingga wabah tersehut tidak menyebar ke daerah lain, dan insyaAllah kita semua paham tentang itu.

Tetapi bukan berarti apa yang dilakukan Umar bin Khattab itu salah. beliau merupakan salah satu kubarou shohabah, sahabat  yg sangat dekat dengan Nabi, mertua nabi bahkan nabi pernah berkata yg terjemahan bebasnya adalah "kalau saja ada nabi setelahku maka umar lah yg layak untuk itu" . sebuah ungkapan yg menunjukkan kalau nabi mengakui bahwa  umar merupakan sahabat pilihan dengan kecerdasan dan pemahaman agama yg sangat baik.

Mungkin sebagian kita akan mudah berkata " Umar kan juga manusia, bukan nabi yg ma'shum, sehingga Umar juga bisa salah. sehingga kita tidak harus mengikutinya."  maka kalau saya boleh menjawab, "memang benar umar adalah manusia yg otomatis bisa salah, tetapi di banding kita ( yg juga sama sama manusia) bukankah pemahaman dan penafsiran kita lebih mungkin salah dibanding pemahaman Umar". umar adalah sahabar nabi, kita apa ? umar mertua nabi, kita apa ? umar di jamin masuk surga, kita ?

Kok jadi bahas ini ya.....yg ingin saya sampaikan adalah,  sekarang banyak orang yg tiba tiba menjadi "ahli tauhid" dadakan. dengan lantang berteriak dan menyebarkan slogan slogan yg bombastis. seperti "jangan takut dengan corona, takutlah kepada Allah". "jangan berbuat syirik dengan takut kpd corona", dan slogan slogan lainnya.

Slogan slogan ini kelihatan sekilas benar. tetapi jika kita cermati lebih dalam akan membawa konsekwensi yg besar dan berbahaya. mari kita uraikan ; kalau kita menganggap orang yg berkata takut kena corona itu syirik, berarti menganggap sesemua yg mengakatakan itu telah menyekutukan Allah dengan corona, yang mana dosa syirik / menyekutukan Allah itu adalah dosa yg sangat besar yg tidak di ampuni Allah. dengan kata lain kita mengatakan bahwa orang yg bilang takut kena corona berarti Ahli Nar / ahli neraka.
Bukankah ini sangat bahaya sekali....? memvonis saudara sendiri sebagai ahli nerakà......dan berapa banyak yg kena vonis itu...hanya gara gara bilang takut kena corona.

Padahal..ketika kita dulu mengaji,  diterangkan bahwa ungkapan ungkapan yg udah jadi kebiasaan  dan umum tidak di hukumi kecuali niat dan i'tiqad dalam hati. contoh habis makan roti saya bilang" kenyang gara gara makan roti" . kalau mengikuti pemahaman yg diatas maka saya dianggap syirik, karena menisbahkan roti sebagai yg membuat kenyang, bukan Allah. padahal kita semua maklum kalau ada orang yg bicara begitu, sebenarnya tidak menyakini roti yg membuat kenyang tetapi Allah yg membuat kenyang dengan wasilah/ perantara roti. sehingga lafad lafad seperti ini tidak di hukumi syirik oleh jumhurul ulama.

Kalau pemahamn yg pertama yg kita anut. maka berapa banyak orang yg di vonis syirik. berobat kedokter dianggap syirik, karena dianggap dokter yg menyembuhkan,bukan Allah. ketika murid bilang kepada gurunya " makasih wahai guruku atas didikannya selama ini" juga akan dianggap syirik karena sebenarnya yg mendidik adalah Allah...dan banyak lagi lainnya.
Wahai temanku, menurut saya ini sangat berbahaya.

Ketika kita bilang takut kena corona, kemudian memakai masker, memakai pelindung wajah, sering mencuci tangan dll itu bukan wujud dari kesyirikan atau lari dari taqdir Allah karena saya yakin semua muslim akan paham bahwa Corona adalah ciptaan Allah, bahwa wabah adalah makhluk Allah juga. tetapi semua yg kita lakukan adalah wujud ikhtiar untuk menjagà diri dan kesehatan yg di wajibkan kepada kita. bukankah hidzun nafsi merupakan salah satu hal  yg wajib dijaga.

Saya yakin ketika kita merenggangkan shof ketika berjama'ah di mesid atau sholat taraweh di rumah,  bukan karena kita lebih takut corona di banding Allah tetapi karena itu adalah salah satu wujud ikhtiar kita dalam menjaga kesehatan dan diri kita dari kehancuran. waAllah a'lamu bis showab.

4 komentar:

KangNoerhadi mengatakan...

Alhamdulillah angsal ilmu... Syukron yai...

prianto mengatakan...

sahe kang....monggo terus menulis

Robi'ah Alma mengatakan...

Maturnuwun.. .penjelasan yang gamblang...

Aananam mengatakan...

Sangat bermanfaat... Mantab

Posting Komentar

Pilihan

Judul ini memang merujuk ke hawa panas yg sedang dirasakan sebagian besar kita ya, hawa panas yg mulai menyebar karena akan ada ...